Selasa, 30 Agustus 2016

TINJAUAN KARAKTER BERDASARKAN DIALOG TOKOH PADA NASKAH DRAMA PAGI BENING KARYA SERAFIN DAN JOAQUIN ALVARES QUINTERO TERJEMAHAN SAPARDI DJOKO DAMONO

BAB I

PENDAHULUAN


Latar Belakang


Salah satu bentuk karya sastra adalah drama. Drama mengambil bentuk pada manusia (tokoh) yang diberikan segi-segi dan perannya. Naskah drama Pagi Bening adalah naskah drama komedi  satu  babak yang berasal dari Spanyol, naskah ini ditulis oleh Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero diterjemahkan Drs. Sapardi Djoko Damono ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2006. Tempat kejadian (setting tempat) drama ini berada di Madrid- Spanyol di suatu taman terbuka.
Tokoh menunjuk pada orang atau pelaku yang terdapat dalam suatu cerita. Sedangkan karakter atau character dapat diartikan “perwatakan”. Menurut Stanton (melalui Nurgiantoro, 2000 : 165) karakter dapat diartikan ke dalam dua makna yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan,  dan  sebagai  sikap,  ketertarikan, keiginan, emosi dan prinsip moral  yang  dimiliki  tokoh-tokoh tersebut. Dalam karya drama bentuk manusia (tokoh) diberikan perannya    masing-masing. Tokoh dalam drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh itulah sebabnya istilah tokoh juga disebut karakter atau watak. Istilah penokohan juga sering disamakan dengan istilah perwatakan  atau karakterisasi (tidak sama dengan karakteristik) (Saliman : 1996 :  32).
Naskah Pagi Bening ini memiliki struktur yang penting untuk dikaji. Salah satu struktur tersebut yakni tokoh dan penokohan dalam naskah ini penting untuk memberi penguatan terhadap jiwa seorang tokoh. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penyusun akan mengemukakan lebih jauh tentang tentang “Karakter Berdasarkan Dialog  Tokoh Pada Naskah Drama Pagi Bening Karya Serafin Dan Joaquin Alvares Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono”.

Rumusan Masalah


1.      Bagaimankah karakter tokoh dalam naskah drama Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono?
2.      Bagaimanakah apresiasi  dalam naskah drama Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono?

Tujuan


·         Mengetahui karakter tokoh dalam naskah drama Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono
·         Mengetahui apresiasi dalam naskah drama Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 


Penentuan karakter tokoh merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang untuk memberi kesan menarik pada karyanya. Menurut keterlibatannya terhadap karya fiksi itu terdapat dua jenis tokoh dalam setiap karya fiksi yaitu   tokoh utama dan tokoh penunjang (Sayuti, 2009:6.6). Cara  menentukan  yang  mana tokoh utama dan yang mana tokoh penunjang adalah  dengan  membandingkan setiap tokoh di dalam  cerita.

Teknik Pelukisan Tokoh


Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM (dalam Suyoto. (http://agsuyoto.wordpress.com), ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
1.      Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
2.      Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
3.      Melalui penggambaran fisik tokoh.
4.      Melalui pikiran-pikirannya
5.      Melalui penerangan langsung. Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung. (http://agsuyoto.wordpress.com).
Menurut Nurgiyantoro (1995:194-211) teknik pelukisan tokoh dibagi menjadi 2 sebagai berikut :
1. Teknik Ekspositori disebut juga teknik analitis, penulisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita dihadirkan berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya.
2. Teknik Dramatik atau dilakukan secara tak langsung. Pengarang tak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktifitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverval lewat tindakan dan tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi.
a). Teknik Cakapan.  Percakapan yaang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimakasudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Tidak semua percakapan memang mencerminkan kedirian tokoh atau paling tidak, tidak mudah untuk menafsirkannya sebagai demikian. Namun percakapan yang baik efektif serta lebih fungsional adalah yang menunjukkan perkembangan plot dan sekaligus mencerminkan sifat kedirian tokoh pelakunya.
b). Teknik Tingkah Laku. Teknik ini menaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik.
c). Teknik Pikiran dan Perasaan. Bagaimana keadaan, jalan pikiran, serta perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang sering dipikir dan dirasakan oleh tokoh.
d). Teknik Arus Kesadaran. Sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak ( Abrams, 1981:187).
e). Tekinik Reaksi Tokoh. reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalaha, keadaan, kata, dan sikap-tingkah-laku orang lain dan sebagainya yang berupa “rangsang” dari luar diri tokoh yang bersangkutan.
f). Teknik Reaksi Tokoh Lain. Reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannyayang berupa pandangan, sikap, pendapat, komentar dan lain-lain.

Pembedaan Tokoh


1)  Tokoh Utama dan tokoh tambahan
Nurgiyantro (2007 : 176) Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh Tambahan Tokoh tambahan atau disebut juga tokoh pembantu merupakan tokoh yang berperan membantu/menemani tokoh utama dalam cerita dan tokoh ini bukan yang menjadi fokus perhatian pembaca.
2) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 178) tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.
Tokoh antagonis disebut juga tokoh yang menjadi penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin.
3)      Tokoh Sederhana atau tokoh bulat
Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas tertentu, suatu sifat-watak tertentu saja.  Sementara tokoh bulat yaitu tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.


5)      Tokoh Statis (tak berkembang) dan Tokoh Berkembang
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 188) tokoh statis (tak berkembang) adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan.
7)      Tokoh tipikal dan Tokoh Netral
Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya, atau sesuatu yang lain yang lebih bersifat mewakili. Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.


BAB III

PEMBAHASAN


2.1 Karakter Tokoh dalam Naskah Drama Pagi Bening Karya Serafin Dan Joaquin Alvarez Quintero Terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono


 Tokoh menunjuk pada orang atau pelaku yang terdapat dalam suatu cerita. Sedangkan karakter atau character dapat diartikan “perwatakan”. Menurut Stanton (melalui Nurgiantoro, 2000 : 165) Menurut Nurgiantoro teknik cakapan yaitu percakapan yaang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimakasudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Tidak semua percakapan memang mencerminkan kedirian tokoh atau paling tidak, tidak mudah untuk menafsirkannya sebagai demikian. Sehingga dialog berperan menciptakan suasana terpenting dalam naskah drama Pagi Bening. Dialog pun sangat penting hubungannya dengan tokoh. Di samping oleh perbuatannya, watak tokoh naskah drama Pagi Bening dilukiskan  melalui  apa yang dikatakannya atau apa yang dikatakan oleh tokoh lain tentang dia sehingga dialog berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran, sikap dan perilaku masing-masing tokoh dalam sebuah naskah. Melalui dialog, sikap dan perilaku tokoh yang terdapat dalam naskah, pembaca juga dapat menerka apa dan bagaimana pikiran dan keinginan pengarang. Kalaupun watak tokoh-tokoh tidak diugungkapkan pengarang secara  langsung
 Dari dialog tersebut dapat mendeskripsikan bagaimana karakter,
1)      Don Gonzalo
Gonzalo digambarkan sebagai seorang lelaki tua yang sudah berumur kurang lebih tujuh puluh tahun.  Sama halnya dengan Laura, Gonzalo adalah seorang kakek yang kerap kali datang ke taman dan duduk di bangku yang biasa dia duduki setiap kali datang ke taman. Namun tidak pada pagi itu, bangku taman yang  biasa  ditempatinya  telah  ditempati oleh tiga orang pendeta. Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya dia  duduk di sebelah Laura.
Seorang Gonzalo yang memiliki watak tidak sabar dan pemarah. Hanya karena bangku taman yang biasa ia duduki kini diduduki oleh orang lain, Gonzalo tidak dapat menyembunyikan kemarahannya. Ia juga congkak karena merasa gengsi harus duduk sebangku dengan wanita tua yang ia merasa tak mengenalnya. Seperti pada kutipan berikut ini :
GONZALO    :     Apa sudah pergi pendeta-pendeta yang ngobrol itu, Juan?
JUANITO       :     Tentu saja belum, Senior?
GONZALO        :       Walikota seharusnya lebih banyak menaruh bangku-bangku di sini! Terpaksa juga aku kini duduk bersama wanita tua itu!
                              (ia duduk di ujung bangku,memandang dengan iri kepada laura, dan memberi hormat dengan mengangkat topi). Selamat pagi.
LAURA          : Jadi tuan di sini lagi?
GONZALO    :     Ku ulang lagi, kita kan belum pernah jumpa!      
LAURA          :     Saya toh cuma membalas salam tuan!
GONZALO    :   “Selamat Pagi”, mestinya cukup dibalas dengan “selamat pagi” saja.
LAURA          :     Tapi tuan seharusnya juga minta ijin untuk duduk di bangku saya ini.
GONZALO    :     Ahai, bangku ini kan milik umum!
LAURA          :     Kenapa bangku yang di san itu juga tuan katakan milik tuan, hah?
GONZALO    :     Baik, baik! Sekian sajalah!
                              ( pada dirinya sendiri ) Dasar perempuan tua! Patutnya dia di rumah saja, merenda atau menghitung tasbih.


2. Laura
Laura adalah seorang wanita tua yang berumur kira-kira 70 tahun.  Di usianya yang sudah senja itu, masih nampak jelas aura-aura kecantikan di masa mudanya. Tindak tanduknya menunjukkan bahwa dia mempunyai mental  yang  baik. Ia adalah seorang nenek yang kerap kali pergi dan duduk di taman. Setiap  hari, ia duduk di tempat duduk yang sama sehingga menganggap tempat duduk itu seolah-olah miliknya. Ia duduk di bangku taman sambil memberikan remah roti kepada burung-burung merpati di  taman. Laura adalah seorang wanita yang usil dalam arti positif.Ia senang bergaul  dan bercanda. Di usianya yang senja ia masih terlihat ceria dan penuh syukur. Hal tersebut terlihat dari dialog-dialog yang diucapkannya.  
LAURA          :     Jadi tuan di sini lagi?
GONZALO    :     Ku ulang lagi, kita kan belum pernah jumpa!      
LAURA          :     Saya toh cuma membalas salam tuan!
GONZALO    :     “Selamat Pagi”, mestinya cukup dibalas dengan “selamat pagi” saja.
LAURA          :   Tapi tuan seharusnya juga minta ijin untuk duduk di bangku saya ini.
GONZALO    :     Ahai, bangku ini kan milik umum!
LAURA          :   Kenapa bangku yang di san itu juga tuan katakan milik tuan, hah?
Namun ia  juga  seorang yang disiplin dan otoriter terutama terhadap Petra pembantunya. Dari kelembutan dan keanggunannya dapat dilihat bahwa pada masa mudanya  Laura  adalah  seorang gadis cantik dari keluarga terpandang yang menjadi incaran banyak  pria.
LAURA          :     Ya, kau masih duapuluh tahun (ia duduk di bangku belakang). Aku merasa lebih letih dari biasanya (melihat petra yang nampak tak sabaR), pergilah kalau kau ingin ngobrol dengan tukang kebunmu itu!
PETRA           :     Dia bukan tukang kebunku, Senora, dia tukang kebun taman ini!
LAURA          :     Ia lebih tepat disebut milikmu daripada milik taman ini. Cari saja dia. Tapi jangan sampai terlalu jauh hingga tak kau dengar panggilanku.
PETRA           :     Saya sudah melihatnya di sana, menanti.
LAURA          :     Pergilah, tapi jangan lebih dari sepuluh menit!
3. Juanito
Dalam drama ini, tokoh Juanito berperan sebagai lelaki pembantu Gonzalo. Setiap pagi dia selalu menemani Gonzalo jalan-jalan ke taman. Juanito sebenarnya adalah pembantu Gonzalo yang setia. Sebenarnya ia adalah pemuda yang tampan dan lincah. Namun karena melihat  majikannya  tidak sabar  ia menjadi ikut tidak sabar pula. Di samping itu Juanito memiliki tujuan tersendiri datang  ke taman  tersebut.  Pada  suasana tersebut,  terlihat bahwa Juanito menekan kesabarannya menghadapi Gonzalo.
JUANITO       :     Duduk di sini sajalah, senior. Hanya ada seorang wanita.
                              (dona laura menengok dan mendengarkan)
GONZALO    :     Tidak, Juanito. Aku mau tersendiri.
JUANITO       :     Tapi tak ada .
GONZALO    :     Yang di sana itu kan milikku!
JUANITO       :     Tiga orang pendeta duduk di sana, Senior!
GONZALO    :     Singkirkan saja mereka! ... ... ... Sudah pergi!
JUANITO       :     Tentu saja belum! Mereka tengah bercakap-cakap.
4.. Petra
Petra berperan sebagai gadis pembantu Laura. Setiap pagi dia selalu menemani Laura jalan-jalan ke taman sambil memegangkan remah roti yang akan diberikan ke merpati-merpati yang ada di taman. Dalam drama  ini  dijelaskan  posisi Petra sebagai pembantu, sedangkan Laura sebagai majikan atau yang dibantu.Hal tersebut juga dibuktikan dengan panggilan “Senora” oleh Petra yang ditujukan pada Laura.
Petra adalah seorang gadis yang periang. Ia seorang gadis cantik yang langsing dan gesit namun lembut. Selain itu, dengan  kelembutannya,  ia  merupakan tipe penyayang karena selalu sabar menuntun majikannya, Laura. Ia setia kepada majikannya sehingga selalu disayang oleh Laura. Namun, sebagai seorang wanita muda yang lugu, Petra adalah orang yang  pelupa.
LAURA          :     Pergilah, tapi jangan lebih dari sepuluh menit!
PETRA           :     Baik, Senora (berjalan ke kanan)
LAURA          :     Hei, nanti dulu!
PETRA           :     Ada apa lagi, Senora?
LAURA          :     Berikan remah-remah roti itu!
PETRA           :     Ah, pelupa benar aku ini!
LAURA          :   (senyum) Aku tahu! Pikiranmu sudah lekat ke sana, heh, si tukang kebun itu!
PETRA           :   Ini, Senora (mengeluarkan bungkusan roti. Keluar ke kanan)
Karakter adalah jenis peran yang akan di mainkan, sedangkan penokohan adalah proses kerja untuk memainkan peran yang ada dalam naskah lakon. Penokohan ini biasanya di dahulukan dengan menganalisis  peran  tersebut  sehingga dapat di mainkan. Menurut Eko Santoso jenis karakter ada  empat  macam, yaitu Flat karakter, Round Karakter, Teatrikal dan  Karikutural.

2.2 Apresiasi  dalam Naskah Drama Pagi Bening Karya Serafin Dan Joaquin Alvarez Quintero Terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono

 

Selain penokohan, dari naskah drama "Pagi Bening" juga dapat diambil amanat positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan yang dapat diperoleh dari naskah drama di atas adalah kita harus ramah pada setiap orang meskipun orang itu mempunyai perangai yang kurang baik. Dalam kehidupan sosial, kita tidak boleh memiliki sifat egois yang terlalu berlebihan. Meskipun pada dasarnya setiap manusia mempunyai sifat egois, akan tetapi ada baiknya jika dapat mengendalikan sifat egois itu agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Tidak hanya itu saja, mengakui kesalahan yang telah diperbuat juga harus kita lakukan. Kita juga harus mempertanggungjawabkan kesalahan yang telah kita perbuat. Meskipun hasil akhirnya kita akan mendapat hukuman, berlari dari masalah yang ada di kehidupan merupakan sifat seorang pengecut yang tidak patut untuk dicontoh. Sabar dalam melakukan segala hal juga harus kita lakukan. Jika kita sabar dalam menghadapi segala hal atau masalah yang ada, maka kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Naskah drama ini memberikan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Dari naskah drama ini pembaca dapat memperoleh pembelajaran mengenai kehidupan sehari-hari. Selain itu, naskah drama ini juga memberikan pembelajaran mengenai bagaimana kita seharusnya bersikap kepada semua orang. Dalam kehidupan sehari-hari kita dituntut untuk ramah kepada semua orang agar tidak disangka orang yang sombong atau congkak. Dalam bermasyarakat kita juga tidak boleh egois karena sifat egois yang terlalu berlebih dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dalam menghadapi berbagai cobaan yang ada atau masalah yang datang dalam kehidupan, hendaknya kita harus bersikap sabar dan tawakal. Selain itu, kita juga harus berani mengakui kesalahan yang pernah kita perbuat dan harus berani bertanggungjawab dari kesalahan yang telah diperbuat, meskipun hasil akhirnya kita akan mendapat hukuman dari perbuatan kita. Naskah drama ini baik untuk dibaca oleh semua orang, karena dalam naskah drama ini kita dapat belajar mengenai banyak hal dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Tidak hanya itu saja, naskah drama ini dikemas secara menarik dalam bentuk sebuah naskah drama komedi dan dengan bahasa yang ringan, akan tetapi pesan yang ingin disampaikan juga masih dapat terlihat.

2.3. Kesimpulan


Watak para tokoh bukan saja merupakan pendorong untuk terjadinya peristiwa, akan tetapi juga merupakan unsur yang menyebabkan gawatnya masalah-masalah yang timbul dalam peristiwa-peristiwa tersebut.  Tingkah  laku dan perkataan tokoh-tokoh cerita itu niscaya akan membangkitkan perhatian dan membimbing pembaca atau penonton yang peka untuk memahami, menghayati,  dan menyimpulkan buah pikiran  pengarang. Dalam naskah drama Pagi Bening dilukiskan  melalui  apa yang dikatakannya atau apa yang dikatakan oleh tokoh lain tentang dia sehingga dialog berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran, sikap dan perilaku masing-masing tokoh dalam sebuah naskah. Melalui dialog, sikap dan perilaku tokoh yang terdapat dalam naskah, pembaca juga dapat menerka apa dan bagaimana pikiran dan keinginan pengarang. Kalaupun watak tokoh-tokoh tidak diugungkapkan pengarang secara  langsung



             



DAFTAR PUSTAKA


Harymawan. 1986. Dramaturgi. Bandung:  Rosdakarya
Nurgiantoro, B.    2002.Teori  Pengkajian   Fiksi.      Yogyakarta:   Gadjah   Mada University Press.
Waluyo, H. J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: UNS. Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta:  Pustaka.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . CATATANKU - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger