Kamis, 16 April 2015

Fenomena Gobak Sodor di Kabupaten Bondowoso

- 3 komentar

Di era globalisasi yang mau tidak mau semakin mendesak masuk dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat di seluruh dunia termasuk Indonesia, baik golongan atas menengah maupun golongan bawah, baik tua maupun muda, entah di kota-kota besar maupun pelosok pedesaan. Dengan kecanggihan tekhnologi yang mutakhir tercipta berbagai varian permainan yang biasa kita sebut game, mulai dari PS, game online, maupun media sosial yang semakin digandrungi anak muda.

Desakan globalisasi tidak dapat ditolak lagi, namun yang membuat penulis kagum di beberapa wilayah di kabupaten Bondowoso dan sekitarnya adalah permainan tradisional yang orang Bondowoso menyebutnya “permainan  sodor“ kian tumbuh dan semakin digemari masyarakat. Sodor merupakan permainan tradisional yang berbentuk tim, satu tim terdiri dari 6 pemain jaga yang berjaga dengan bentuk horisontal dan 1 orang yang di sebut sodor yang berjaga secara vertikal, permainan ini dimainkan oleh 2 tim, satu tim yang berjaga dan satu tim serang. Masing-masing pemain tim serang, dari pangkalan harus berusaha melewati semua garis horisontal, dan jika salah satu pemain saja bisa kembali lagi ke pangkalan tanpa tersentuh tim jaga, maka tim serang menang 1 poin, dan jika ada salah-satu tim serang yang tersentuh tim jaga, maka posisi tim jaga diganti oleh tim serang begitu seterusnya sampai waktu permainan berakhir.Waktu permainan sodor yaitu 2 babak, masing-masing babak selama 45 menit. Dahulu di pertandingkan pada musim tertentu dalam satu tahun. Namun  permainan sodor telah vakum selama 6 tahun, dan pada akhir 2014 lalu, sodor hadir kembali dan kian digemari masyarakat dari berbagai kalangan. Permainan tradisional sodor ini masih bertahan ditengah gempuran permainan canggih dan modern, seakan menjadi angin segar bagi eksistensi permainan tradisional di tangah-tengah masyarakat yang tidak lagi bersahabat dengan tradisi. Selain sebagai sarana olahraga, persahabatan, juga sebagai wahana kreativitas dan solidaritas antar dusun, desa maupun dari luar kota seperti Jember dan Situbondo. Dan bahkan pertandingan sodor memiliki beberapa grup jadwal pertandingan sodor di media sosial Facebook, salah satu grup tersebut anggotanya lebih dari 11.000 pengguna facebook, grup tersebut digunakan untuk berbagi jawdal pertandingan, hasil pertandingan maupun promosi pertandingan yang akan di laksanakan. Hampir setiap desa maupun dusun memiliki tim permainan sodor, puluhan tim sodor kian tumbuh di wilayah kabupaten Bondowoso, misalnya desa Jumpong  tim sodornya bernama Putra Pandawa Lima, dan masih banyak tim sodor yang lain. Bahkan di wilayah kota, diadakan turnamen sodor seperti di kelurahan Kademangan perumahan Griya Cendana yang diadakan oleh salah satu RW setempat.
 Tak pelak lagi jika dikatakan bahwa ini adalah demam sodor yang menyerang masyarakat Bondowoso dan sekitarnya. Tempat permainan sodor biasanya disediakan secara sukarela oleh masyarakat, contohnya di desa Jumpong kecamatan Wonosari, tempat yang dibuat bertanding sodor adalah pekarangan milik seorang warga yang tidak terpakai dan setelah musim sodor selesai akan digunakan sebagai lahan membangun rumah. Setiap desa yang mempunya tim sodor pasti juga memiliki lapangan sodor, entah dipekarangan warga maupun di lapangan desa setempat. Lapangan sodor berbentuk persegi panjang dengan ukuran 9x4 m yang dibagi menjadi 6 bagian horisontal, dan satu bagian ditengah secara vertikal, garis batas dari setiap bagian di tandai dengan tali rafia, dan biasanya lapangan sodor di hias dengan spanduk, botol minuman bekas  warna-warni yang di gantung memanjang atas usaha dan biaya warga setempat. Sementara untuk biaya operasional seperti pengeras suara yang digunakan untuk menyiarkan pertandingan sodor dan minuman serta makanan ringan untuk konsumsi para pemain disediakan oleh ketua tim sodor setempat yang secara sukarela mengajukan diri sebagai ketua. Sedangkan biaya ketika akan bertandang ke desa atau dusun lawan adalah biaya pribadi pemain sodor, dan biasanya ketika akan bertandang ke tim lawan  suporter juga setia mendampingi. Tim sodor desa Jumpong merupakan tim sodor yang mendapat perhatian lebih jika di bandingkan dengan tim sodor desa lain, salah-satu buktinya adalah kaos tim di diberikan secara gratis oleh kepala desa setempat. Ketika pertandingan sodor dilaksanakan, penonton yang hadir membludak, tidak hanya dari kedua tim, melainkan dari dusun maupun desa tetangga, penonton berteriak histeris dan  menggunakan atribut seperti spanduk, kentongan, bahkan kaleng bekas makanan maupun minuman untuk menyemangati tim kesayangan.
Permainan ini menjelma menjadi olahraga tradisional yang digemari masyarakat di tengah impitan permainan modern bertekhnologi canggih.
Kelebihan lain dari permainan gobag Sodor ini adalah, melatih kerja sama dalam tim, melatih kepemimpinan, mengasah kemampuan otak, mengasah kemampuan mencari strategi yang tepat, dan meningkatkan kekuatan dan ketangkasan. Selain itu,  permainan tradisional Gobag Sodor ini  bagi anak-anak khususnya mempunyai manfaat, anak-anak akan diajari bagaimana menghadapi  dan menyelesaikan konflik yang terjadi antar teman. Nilai Spiritual dalam permainan gobak sodor  selain kebersamaan, kita juga bisa belajar kerja sama yang kompak antara satu penjaga dan penjaga lain agar lawan tidak lepas kendali untuk keluar dari kungkungan kita. Di pihak lain bagi penerobos yang piawai, disana masih banyak pintu-pintu yang terbuka apabila satu celah dirasa telah tertutup, masih ada pintu yang lain.


[Continue reading...]

Selasa, 14 April 2015

Benarkah sapaan tuan dan nyonya bermakna feodal ?

- 0 komentar
Jika sapaan tuan dan nyonya berbau feodal, sapaan apa yang dapat menggantikan sapaan ladies dan gentlement seperti yang digunakan dalam jaga layanan penerbangan ?
Dalam jasa layanan penerbangan sering digunakan sapaan tuan-tuan dan  nyonya-nyonya sebagai terjemahan ladies dan gentlement. Sapaan itu tidak berbau feodal karena kedua jenis sapaan itu sampai sekarang masih digunakan. Misalnya, dalam jasa layanan medis (resep dokter). Masalahnya adalah bahwa kata nyonya dipakai sebagai sapaan yang biasanya dikenakan terhadap wanita yang sudah bersuami. Padahal diantara penumpang pesawat terbang mungkin ada wanita yang belum kawin. Oleh karena itu, agar semua penumpang dapat tercakup dalam penyapaan sebaiknya digunakan sapaan para penumpang yang terhormat, alih-alih tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang merupakan terjemahan ladies dan gentlement.

Sumber : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1

[Continue reading...]

Bebas parkir atau parkir gratis ?

- 0 komentar
Kata bebas parkir diartikan orang 'dibebaskan dari pembayaran parkir'. Untuk menyatakan itu, sebaiknya dipakai kata parkir gratis atau parkir cuma-cuma (free parking). Bebas parkir seharusnya diartikan 'dilarang parkir' (no parking). Jadi, keduanya digunakan dengan makna yang berbeda.
[Continue reading...]
 
Copyright © . CATATANKU - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger