Selasa, 30 Agustus 2016

TINJAUAN PENOKOHAN DALAM NASKAH DRAMA MONOLOG “MARSINAH MENGGUGAT” KARYA RATNA ( TUGAS UAS MATAKULIAH APRESIASI DRAMA )

- 0 komentar

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar  Belakang


Karya sastra hadir dan menjadi saksi dari peradaban suatu masyarakat yang dinamis. Karya sastra sebagai suatu hasil dari karya kreatif pengarang tentunya bersifat subjektif imajinatif. Novel dalam hal ini merupakan suatu karya sastra berbentuk prosa yang merupakan totalitas secara menyeluruh yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Novel “Supernova: Ksatria, Putri Dan Bintang Jatuh” merupakan seri pertama dari novel berseri Supernova karya Dewi Lestari yang menceritakan mengenai Reuben dan Dimas yang menunaikan ikrar mereka untuk berkarya bersama. Pasangan homoseksual Dimas dan Reuben mulai menulis roman yang diberi judul kesatria, putri dan bintang jatuh. Paralel dengan itu, dalam kehidupan nyata, sebuah kisah cinta terlarang antara Ferre dan Rana. Hubungan cinta mereka merepresentasikan dinamika yang terjadi antara tokoh kesatria putri dalam fiksi Dimas dan Reuben. Tokoh ketiga yaitu Bintang Jatuh dihadirkan oleh seorang peragawati terkenal bernama Diva yang memiiki profesi sampigan sebagai pelacur kelas atas. Tanpa ada yang bsa mengantisipasi kehadiran sosok bernama Supernova menjadi knci penentu yang akhirnya merajut kehidupan nyata antara Ferre, Rana dan Diva dengan kisah fiksi karya Dimas dan Reuben dalam satu dimensi kehidupan yang sama.
Tanggapan pada novel “Supernova: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh” dari beberapa ahli sastra dalam kata pengantar edisi keempat yaitu dari Sapardi Djoko Damono “Novel ini, terutama penyusunan dialog dan komposisinya merupakan perwujudan dari kebudayaan kita yang sekarang diguncang oleh tidak adanya makna yang bisa dijadikan pegangan. Sangat menarik.” Tanggapan kedua dari Jakob Sumardjo yaitu “ Sebuah novel yang menarik dari angkatan muda kita. Inilah karya sastra intelektual yang bergaya pop art yang sepenuhnya bermain didunia hakiki. Menentang nilai-nilai lama dengan mengajukan argumentasi-arumentasi baru, agar pembaca memiliki persepsi baru tentang keberadaannya.” Tanggapan ketiga dari Dr. I. Bambang Sugiharto yaitu “ Sebuah petualangan intelektual yang menerabas segala sekat disipliner; semacam perselingkuan yang memesona antara Fisika, Psikologi, Religi, Mitos, dan Fiksi. Tak hanya menggoda, novel ini mungkin bahkan penting.” Menurut Putu Wijaya “Di tebing akhir supernova akan muncul sebuah  kalimat besar yang bisa jadi kunci segala macam fanatisme yang kini tengah mengoyak negeri ini: Matialah terhadap segala yang kau tahu.” Sedangkn menurut Tufiq Ismail “Salah satu kesegaran baru yang muncul dalam sastra Indonesia tiga tahun terakhir ini. Penelusuran nilai lewat sains, spiritualitas dan percintaan yang cerdas, unik, dan mengguncang.”
Pradopo (2013:106-117) menjelaskan bahwa “karya sastra perlu dimaknai dan pemaknaan tersebut melalui proses konkretisasi yang memerlukan bermacam usaha untuk mencapai makna yang sepenuhnya. Usaha-usaha tersebut saling membantu dan tidak dapat dilakukan secara terpisah untuk mendapatkan hasil yang maksimal.”
Berdasarkan pendapat para tokoh, satrawan dan guru besar sehingga penyusun tertarik untuk meninjau  secara struktural novel berjudul “Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh.” Karya Dewi Lestari. Untuk mengetahui hubungan antara tema dan penokohan dalam novel ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah ringkasan cerita pada novel “Supernova: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh” berdasarkan tema dan penokohan ?
2.Bagaimanakah tinjauan struktural pada novel “Supernova: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh” berdasarkan tema dan penokohan ?
1.3 Tujuan
Tinjauan ini bertujuan untuk mempelajari, memahami dan memperoleh gambaran yang jelas mengenai tinjauan struktural pada novel “Supernova: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh” khususnya untuk mengetahui hubungan antara tema dan penokohan  dalam teori struktural.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Struktural
Tinjauan ini dipusatkan ada analisis struktural mengenai penokohan dan tema. Karena pokohan dan tema saling terkait. Nurgiyantoro (1995:36) Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. Ia mendapatkan pengaruh langsung dari teori Saussure yang mengubah studi lingistik dari pendekatan diakronik ke sinkronik. Studi linguistik tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangannya, melainkan pada hubungan antarunsurnya.
Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya, bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 1995: 37).
Menurut Teew (1988: 121-134) secara etimologis struktur berasal dari kata structura, bahasa Latin, yang berarti bentuk atau bangunan. Asal  muasal strukturalisme dapat dilacak dalam Poetica Aristoteles, dalam kaitannya dengan tragedi, lebih khusus lagi dalam pembicaraannya mengenai plot. Konsep plot harus memiliki ciri-ciri yang terdiri atas kesatuan, keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan.

Sedangkan menurut Abrams (dalam Nurgiantoro 1995:36-37)  Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secar koheresif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Di satu pihak struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah.

Kedinamisan kajian struktur sastra, disebabkan oleh kreatifitas pembaca. Pembaca adalah makhluk yang mampu masuk ke dalam ruang-ruang dan pemberi tanda yang bermakna. Karena itu, peneliti struktural dinamik sekurang-kurangnya memiliki dua tugas yaitu; (1) menjelaskan karya sastra sebagai struktur berdasarkan unsur-unsur yang membentuknya; (2) menjelaskan kaitan antara pengarang, realitas, karya sastra, dan pembaca (Sayuti, 1994:89).

2.2 Teknik Pelukisan Tokoh
Penokohan merupakan salah satu faktor terpenting dalam sebuah cerita fiksi. Setiap karya fiksi otomatis terdapat tokoh di dalamnya. Terdapat dua macam jenis tokoh dalam setiap karya fiksi menurut keterlibatannya terhadap karya fiksi itu sendiri, yaitu tokoh utama (sentral) dan tokoh penunjang (periferal) (Sayuti, 2009:6.6).
Menurut Nurgiyantoro (1995:194-211) teknik pelukisan tokoh dibagi menjadi 2 sebagai berikut :
1. Teknik Ekspositori disebut juga teknik analitis, penulisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita dihadirkan berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya.
2. Teknik Dramatik atau dilakukan secara tak langsung. Pengarang tak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktifitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverval lewat tindakan dan tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi. a). Teknik Cakapan. Bentuk percakapan tokoh baik yang pendek maupun yang panjang. b). Teknik Tingkah Laku. Teknik ini menaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. c). Teknik Pikiran dan Perasaan. Bagaimana keadaan, jalan pikiran, serta perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang sering dipikir dan dirasakan oleh tokoh. d). Teknik Arus Kesadaran. Sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak ( Abrams, 1981:187). e). Tekinik Reaksi Tokoh. reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalaha, keadaan, kata, dan sikap-tingkah-laku orang lain dan sebagainya yang berupa “rangsang” dari luar diri tokoh yang bersangkutan. f). Teknik Reaksi Tokoh Lain. Reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannyayang berupa pandangan, sikap, pendapat, komentar dan lain-lain. g). Teknik Pelukisan Latar.
Dalam Telaah Prosa Indonesia II oleh Novi Anoegrajekti, M.Hum. (2004:20-30) teknik peceritaan dibagi menjadi 4 diantaranya :
1.Teknik pemandangan dan teknik adegan jika suatu cerita disajikan dengan teknik pemandangan, latar fisiknya luas dan umum, lakon digambarkan secara umum, dan jangak waktu yang panjang di kkisahkan dalam satu kaliamat atau dalam satu paragraf.
2.Teknik montase. Teknis montasi dapat juga menyajikan kesibukan latar (misalnya kesibukan kota besar), atau suatu kelakuan (misalnya kekalutan pikiran), atau aneka tugas seorang tokoh (secara simultan dan dinamis) (Zaubin, 1985:76).
3. Teknik kolase. Dalam kesustraan, teknik kolase menghasilkan cerita yang sarat dengan kutipan dari karya sastra lain, dengan ilusi, ungkapan asing, yang biasanya dianggap tidak ada hubungannya yang satu dengan yang lain. ( Sudjiman, 1986:42)
4. Teknik Asosiasi. Hasil penggunaan teknik penceritaan ini ialah serentetan episode atau peristiwa yang nampaknya tidak berkaitan dengan cerita inti. Namun dengan asosiasi keterkaitan dalam cerita itu dapat dijelaskan.
Jenis-Jenis Penokohan :
1)      Tokoh Utama
Nurgiyantro (2007 : 176) Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
Tokoh utama mencakup :
a)      Tokoh protagonis
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 178) tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.
b)      Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis disebut juga tokoh yang menjadi penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin.
2)      Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan atau disebut juga tokoh pembantu merupakan tokoh yang berperan membantu/menemani tokoh utama dalam cerita dan tokoh ini bukan yang menjadi fokus perhatian pembaca.
3)      Tokoh Sederhana atau Tokoh datar
Tokoh sederhana atau datar adalah tokoh yang kurang mewakili keutuhan personalitas manusia dan hanya ditonjolkan satu sisinya saja.
4)      Tokoh Bulat atau Tokoh Kompleks
Abrams (dalam Nurgiyantoro 2007 : 183) tokoh bulat atau tokoh kompleks yaitu tokoh yang dapat dilihat semua sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.
5)      Tokoh Statis (tak berkembang)
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 188) tokoh statis (tak berkembang) adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.

6)      Tokoh Berkembang
Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan.
7)      Tokoh tipikal
Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya, atau sesuatu yang lain yang lebih bersifat mewakili.
8)      Tokoh Netral
Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
2.3 Tema

            Langkah mencari tema menurut Aminuddin (1992) :
1. Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca
2. Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yan dibaca
3. Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa
4. Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca
5. Untuk memahami plot perlu dibaca berulang-ulang
6. Menggabungkan poko-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa  yang terpapar dalam suatu cerita.
7. Menentukan sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
8. Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap penyar terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
9.Menafasirkan tema dalam cerita yang dibuat serta menyimpilkannya dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.

            Menurut Shipley dalam Nurgiantoro ( 1995:80-82) mengartikan tema sebgai subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang dituangkan kedalam cerita. Shipley membedakan tema kedalam tingkatan-tingkatan, sebagai berikut :

1. tema tingkat fisik, manusia sebagai (atau:dalam tingkatan jiwa), molekul, man as molecul.  Tema karya sastra pada tingkat ii lebih banyak menyaran pada aktifitas fisik daripada kejiwaan. Ia lebih menekankan pada mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yag bersangkutan.
2. tema tingkat organik, manusia sebagai (atau:dalam tingkatan jiwa) protoplas, man as protoplasm. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau memepersoalkan masalah seksualitas-suatu aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Berbagai persoalan kehidupan seksual manusia mendapat penekanan dalam novel dengan tema tingkat ini, khususnya kehidupan seksual yang besifat menyimpang, misalnya penyelewengan dan pengkhianatan suami-istri, atau skandal-skandal seksual yang lain. Misalnya pada novel Jalan Tak Ada Ujung, Senja Di Jakarta.
3. tama tingkat sosial, manusia sebagai makhluk sosial, man as socious. Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi, politik, pendidika, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, hubungan atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya yang biasanya muncul dalam kerya yang berisi kritik sosial.
4. tema tingkat egoik, manusia sebagai individu, man as individualism. Disamping sebagai makhluk sosial, manusia juga sebagai makhluk individu yang senantiasa “menuntut” pengakuan atas hak idividualitasnya. Masalah individualitas ini antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri atau sifat dan sikap tertentu manusia lainnya, yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang bersangkutan.
5. tema tingkat divine. Manusia sebagai makhluk tingakt tinggi, yang belum tentu setiap manusia megalami dan atau mencapainya. Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta, masalah religiositas, atau beragai masalah yang bersifat filosofis.

Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995:87-88) mengemukakan adanya sejumlah kriteria dalam usaha menemukan dan menaafsirkan tema sebuah novel sebagai berikut :
1. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol.
2. Penafsiran tema setiap novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil cerita.
3. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan.
4. Penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secar langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita.
Berdasarkan uraian diatas teknik pelukisan tokoh dipilih dari teori Nurgiyantoro dan tema didasarkan pada teori Burhan Nurgiyantoro.










BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Ringkasan Novel “Supernova: Kesatria, Putri Dan Bintang Jatuh”
Ruben dan Dimas, pasangan gay yang sama-sama berprofesi akademisi, berikrar untuk membuat karya bersama pada hari jadi mereka ke-10. Reuben, yang terobsesi menghubungkan sains dan spiritualitas dan menyebut dirinya Psikolog Kuantum, terpaksa mengalah kepada Dimas yang ingin membuat novel. Akhirnya, mereka sepakat untuk mengemas kolaborasi mereka dalam bentuk fiksi populer dengan sentuhan teori-teori sumbangan Reuben. Terinspirasi kisah dongeng berjudul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, karya mereka dimulai. Dimas dan Reuben merancang tokoh-tokoh mereka, lengkap dengan konfliknya.
Tokoh Kesatria diwakili seorang eksekutif bernama Ferre yang berada di puncak karier. Muda, tampan, sukses, dan lajang, Ferre memiliki segalanya. Namun, wawancara dengan seorang reporter bernama Rana mengubah hidupnya. Ferre jatuh cinta kepada Rana, yang mengingatkannya akan tokoh Putri dari dongeng yang pernah ia dengar semasa kecil. Masalahnya, Rana sudah bersuami. Ferre tidak bertepuk sebelah tangan. Rana, yang mendamba kebebasan dan merasa terkungkung dalam pilihan-pilihan yang ia buat, menyambut cinta Ferre dan terjalinlah hubungan terlarang di antara mereka.
Sementara itu, seorang peragawati papan atas bernama Diva menjalani kehidupan ganda. Di luar dari dunia kerjanya di catwalk, Diva dikenal sebagai perempuan panggilan dengan tarif termahal. Di mata Diva, semua orang adalah pelacur. Ia memilih dengan sadar untuk melacurkan tubuh dan menjaga hartanya yang paling berharga, yakni hati dan pikirannya. Meski bayarannya mahal, klien-klien Diva seperti terbius dan tergila-gila. Mereka amat menikmati mengobrol bersama Diva yang selalu bicara jujur dan apa adanya. Sebaliknya, Diva tidak mempedulikan satu pun dari mereka. Satu-satunya pria yang ia hadapi dengan perasaan hanyalah seorang pemuda bernama Gio. Bagi Gio, Diva adalah cinta pertama dan cinta matinya. Di dunia maya, seorang tokoh cyber dengan julukan Supernova menjadi penghubung kehidupan mereka yang seolah terpisah-pisah. Supernova memiliki jaringan newsletter yang disebut sebagai Taman Kanak-kanak Kehidupan. Kehadiran Supernova selalu ditunggu. Perspektifnya yang menyegarkan tentang hidup menjadi jawaban yang dicari-cari banyak orang. Termasuk Rana.
Hubungan Rana dan Ferre semakin terpojok. Rana tidak berani meninggalkan pernikahannya. Tanpa ia tahu, suaminya, Arwin, diam-diam mengetahui hubungannya dengan Ferre. Akibat berkonsultasi dengan Supernova, Arwin menyikapi isu perselingkuhan istrinya dengan cara yang tidak diduga-duga. Hal itu mengagetkan Rana dan membuatnya malah berbalik.
Ferre mendarat di titik kritis. Trauma masa kecilnya kembali menyeruak. Rahasia yang ia pendam sekian lama akhirnya harus kembali ia hadapi. Ferre, sebagai Kesatria, harus menghadapi pengkhianatan Rana, Sang Putri. Diva adalah seorang pelacur yang yang memiliki cara pandang unik dan aneh. Selain cantik, ia juga berwawasan sangat luas, kaya, mapan dan berpikiran maju. Diva yang ternyata adalah tetangga Re. Kehadirannya pada kehidupan Re tidak untuk mengikatkan cinta, melainkan untuk membebaskan Re dari  segala kekacauan di pikirannya. Diva memperkenalkan Re pada relativitas kehidupan. Bahwa kehidupan akan selalu menawarkan banyak pilihan. 
Kepingan Supernova
Supernova membatasi pergantian sudut pandang penceritaannya melalui fragmen-fragmen yang diistilahkan menjadi keping. Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh (KPBJ) mengandung keping (33 keping). Bramantio (2005:283) mengungkapkan bahwa Supernova (KPBJ) merupakan sebuah teks transformasi paradoks kucing Schrodinger, efek kupu-kupu Lorenz, dan geometri fraktal. Re-creating terhadap hipogram tersebut menghasilkan sebuah teks dalam rangka fungsi menampilkan science sebagai sesuatu yang dekat dengan kehidupan manusia, bukan semata-mata teori mati seperti yang selama ini dikenal masyarakat umum.
Selain unsur sains, juga terdapat struktur genre puisi yang digunakan untuk menggerakkan alur cerita. Chotimah (2002:158) memaparkan bahwa ada dua jenis puisi yang diintegrasikan dalam KPBJ yakni puisi utama yang berisi dongeng klasik mengenai Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, dan puisi-puisi yang menggambarkan ungkapan perasaan Ferre. Dapat diketahui bahwa KPBJ memuat beberapa sekuen yang terlihat berbeda namun ternyata merupakan suatu kesatuan dan di dalamnya juga terdapat karya lain yang bergenre puisi sebagai unsur penggerak alur cerita, sehingga dari gaya kepenulisan tersebut dapat dikatakan bahwa KPBJ merupakan episode yang paling menitikberatkan pada teknik penceritaan. KPBJ bereksperimen dengan teknik sinematik yakni mencampur teknik montase, teknik kolase, dan teknik asosiasi.
3.2 Tinjauan Struktural Novel “Supernova: Kesatria, Putri Dan Bintang Jatuh”
1. Penokohan
Novel “Supernova: Kesatria, Putri Dan Bintang Jatuh banyak menggunakan unsur sains sehingga berpengaruh pada gaya kepenulisan yang cenderung memuat pemikiran-pemikiran tokoh melalui dialog-dialog dalam latar diskusi tokoh Reuben dan Dimas, juga melalui ulasan website tokoh cyber avatar (Diva/Supernova).
Tujuan analisis tokoh-tokoh dibawah ini adalah untuk melihat peranan para tokoh dalam penyampaian tema. Tokoh-tokoh itu akan dibahas satu persatu sebagai berikut :

1. Ferre
Ferre merupakan tokoh utama dan tokoh berkembang seperti pada kutipan dengan teknik pikiran dan perasaan dan teknik reaksi toko lain di bawah ini :
Dee (2014:259) “dua puluh jam pertama di dalam hidupnya dimana ia merasa sendiri, tanpa dunia. Semua hiruk pikuk di luar sana sudah tidak mampu lagi menyentuhnya. Hanya ia dan dia. Pistol kaliber 9 mm yang tidak pernah digunakan. Barang itu sebenarna hanya suvenir pemberian. Ia sendiri selalu mengaggapnya pajangan sampai malam ini. “
 Dee (2014:296)  “Halo ? Re? Selamat, ya .Aku dengar kamu langsung bisa ngantor. Hebat. Terbuat dari apa, sih, kamu? Besi? Suara ale yang setengah teriak-terik memekakkan telinganya.” 
Dari kutipan diatas dapat ditinjau bahwa tokoh Ferre sebagai tokoh utama di fokuskan dalam cerita ini, lalu sebagai tokoh berkembang, Ferre mengubah sikapnya dari terpuruk, sedih re yang sakit hati, terpuruk dan hampir bunuh diri. karena sakit hati menjadi kuatt dan bisa bangkit dari masalah yang Ferre hadapi. Ferre berwatak keras kepala, haus akan ilmu pengetahuan, pelajar yang gigih mempertahankan pendapatnya, sinis, ia adalah seorang yang menyukai jenisnya.
2. Rana
Rana merupakan tokoh utama, tokoh sederhana dan tokoh berkembang. Misalnya :
Dee (2014:59) “ Meja makan itu terasa lengang. Entah keran rumah besar itu hanya dihui merak berdua, entah memang karena ada jarak yang tercipta. Arwin memandangi istiriya yang sedang menunduk mengahdapi piring, menuggu saat-saat tepat untuk bericara.

“Rana,” panggil lembut.
“Ya, Mas?”
“Kamu kok jadi pendiam akhi-akhir ini? Ada masalah yang bisa kubantu?”
Rana menunduk lagi. Ya, Mas. Aku jatuh cinta dengan pria lain. bisakah kita kemballi ke masa lalu dan tidak pernah menikah?       
Pada kutipan diatas menunjukkan bahwa Rana merupakan tokoh yang berkembang karena pada awalnya Rana juga mencintai Arwin dan memutuskan untuk menikah bersama Arwin. Namn kemudian Rana jatuh cinta pada Ferre.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      
3. Diva
Sosok Diva merupakan tokoh bulat karena memiliki watak dan tingkah laku yang sulit diduga. Meskipun dia seorang pelacur kelas atas namun dia juga seseorang yang peduli terhadap lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air serta kemanusiaan seperti pada kutipan :
Dee (2014:82) “Coba, bayangkan. Pendapatan satu bulan pekerja pabrik di Malaysia sama besarnya dengan pekerja Illionis satu hari. Satu pekerja Prancis sama dengan 47 pekerja Vietnam. Satu montir Amerika seharga 60 montir China. Itulah perbandingan paling baru dari harga manusia. Tidak diumumkan di brosur saja,” Diva berceloteh sambil menenggak miumannya.”
Diva tergolong dalam tokoh bulat seperti pada kutipan berikut:
Dee (2014:85-86) “ Saya tidak peduli dengan format fisik. yang saya maksudkan dengan kehidupan adalah hidup. Vitalitas. Energi yang masih murni, tidak tersendat-sendat seperti saluran pampat”
Dahlan mengernyik bingung. “Kamu memang susah dimengerti.”
Diva dapat menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam, bahkan sulit diduga. Diva dalam cerita ini merupakan sosok yang menaawan dan menarik hati banyak orang karena kecantikan dan kepandaiannya disampig pekerjaannya sebagai peragawati dan pelacur yang tidak perah disentuh oleh pelanggannya.
4. Supernova
Supernova atau Cyber Avatar tergolong dalam tokoh netral seperti pada kutipan :
 Dee (2014:219) “ Malam ini, tidak ada yang mengagetkannya ketika sebuah pesan datang, hanya :
From : Supernova
Saya di sini. Membaca semua surat Anda. Membalasnya dengan menjadikan Anda terus bertanya. Menunggu Anda untu akhirnya terus mempertanyakan satu-satunya pertanyaan yang ada.
Selamat datang.”
Dalam kutipan diatas menandakan bahwa tokoh Supernova teresebut sebagai tokoh netral dalam novel ini karena kehadirannya merupakan pencerminan dari kenyataan di laur dunia nyata.
5. Dimas dan Reuben
Kedua tokoh ini memiki peran yang sama dalam cerita, mereka berdua merupakan pencipta tokoh Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh. Tergolong dalam tokoh statis dan tokoh netral.
Dee (2014:13-14) “ Fine. Sepuluh tahun buatmu, sepuluh tahun juga buatku. Satu masterpiece . roman sastra berdimensi luas yang mampu menggerakkan hati banyak orang. ”
”So help us god.”
Keduanya langsung memulai kembara imajinasi masing-masing. Lama mereka terdiam.”
Ruben dan Dimas dalam cerita ini sebagai pembuat kisah Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh.

2. Tema
             Tema dalam cerita ini sangatlah kompleks seperti tampak pada kutipan percakapan Ruben dan Dimas ketika akan menciptakan karya mereka, sebagai berikut :
Dee (2014:16-17) “Reuben, sudahlah. Ide kamu kemarin itu terlalu mahal, butuh riset lama, dan, maaf, tidak akan menarik. Bisa jadi hand-out kuliah saja sudah bagus. Kita butuh kemasan yang populis supaya karya it bisa dibaca banyak orang. Sebuah roamn sains, yang romantis, sekaligus puitis. Sepakat ?”
Reuben Cuma mengangkat alis, menyusul memasang kacamatanya. Siap menulis catatan.
“Baik.” Diman kembali memulai, “Kita akan kembali membungkusnya dalam isah cinta yan bukan biasa-biasa, kontroversial, ada pertentangan nilai sosial dan moral.”
Let me guess, pasangan homoseksual ?”
“Bukan isu itu masih terlalu minor untuk masyarakat kita. Aku ingin mengambil maslah hetero, tapi memilikki rintangan besar, misal, yang satau sudah menikah.”
“Klise. Tapi, harus kuakui, banyak dimensi di sana. Agama, moralitas, institusi. Hmmm. Okelah, aku setuju.”
Dari berbagai setting, watak dan penokohan pada novel ini yaitu dapat digolongkan menjadi tokoh bulat, tokoh berkembang, tokoh netral dan tokkoh statis serta setting tempatnya di kota metropoltas yaitu di Jakarta, dengan lokasi yang intelek, profesional, urban, usia produktif, punya akse teknoloi dan informasi yang baik  serta eksekutif muda dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel ini kompleks dan memiliki tema utama dan tema tambahan. Tema utama dalam novel Supernova ini adalah tentang perselingkuhan antar Ferre dan Rana sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai moral dan hakikat kehidupan. Tema tambahan yang terdapat dalam novel Supernova adalah tentang percintaan yang tak wajar (sesama jenis) yaitu antara tokoh Reuben dan Dimas. Masalah kesetiaan seorang suami (Arwin) dimana pada akhirnya kesabaran dan kesetiaannlah yang akan menang bukan hal negatif seperti perselingkuhan.
Supernova merupakan suatu cerita yang menitikberatkan pada kejadian-kejadian dan proses pengembangan karakter yang dialami tokoh-tokohnya. Supernova (KPBJ) memiliki tujuh model yakni keterasingan, rekonstruksi eksistensi, penemuan jati diri, kebebasan mengubah perspektif, kesadaran personal, kepedulian terhadap sesama, dan aktualisasi diri, yang kemudian dapat ditarik matriksnya yaitu kesadaran personal orang-orang yang terasing.
3. Hubungan Tema dan Penokohan.

Tema, merupakan dasar cerita, gagasan sentral atau makna cerita. Dengan demikian, dalam sebuah fiksi, tema bersifat mengikat dan menyatukan keseluruhan unsur fiksi tersebut. Sebagai unsur utama fiksi, penokohan erat berhubungan dengan tema. Tokoh-tokoh cerita itulah, terutama, yang sebagai pelaku-penyampai tema, secara terselubung atau terang-terangan. Adanya perbedaan tema akan menyebabkan perbedaan pemerlakuan tokoh cerita yang “ditugasi” menyampaikannya. Pengarang pada umunya akan memilih tokoh-tokoh tertentu yang dirasa paling sesuai untuk mendukung temanya. Tema dalam novel ini yaitu Tema utama dalam novel Supernova ini adalah tentang perselingkuhan antar Ferre dan Rana sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai moral dan hakikat kehidupan. Tema tambahan yang terdapat dalam novel Supernova adalah tentang percintaan yang tak wajar (sesama jenis) yaitu antara tokoh Reuben dan Dimas. Masalah kesetiaan seorang suami (Arwin) dimana pada akhirnya kesabaran dan kesetiaannlah yang akan menang bukan hal negatif seperti perselingkuhan.
Melalui kisah Ruben dan Dimas, juga Re dan Rana, pengarang sebenarnya juga bermaksud menyampaikan teori fisika kuantum (hlm. 46). Mulanya kehidupan Re dan Rana ibarat sebuah sistem yang teratur. Pertemuan Re dan Rana adalah suatu gerak yang disebut Reuben sebagai loncatan kuantum. Rana adalah atraktor asing bagi mekanisme kehidupan Re, demikian juga sebaliknya. Keteraturan yang bertemu dengan keteraturan lain ini kemudian menghasilkan ketidakteraturan, penerapan konsep order dan disorder.
Selain istilah-istilah sains di atas, Dee juga memperkenalkan kepada pembaca tentang titik bifurkasi, dan teori chaos. Re dan Rana yang saling mencintai membuka keniscayaan yang disebut Reuben sebagai titik bifurkasi, yaitu terbukanya kemungkinan-kemungkinan yang (sebelumnya) tak tersedia di dalam sebuah sistem. Sementara kehidupan Re yang berubah drastis merupakan pengejawantahan teori chaos yang diperbincangkan oleh pasangan Reuben dan Dimas di mana suatu struktur yang telah tertata rapi (kehidupan Re) disusupi oleh sosok asing yang mengacak sistem tersebut yaitu Rana.
Supernova merupakan novel yang memanfaatkan science dalam kepentingan fiksi. Dialog Ruben-Dimas, misalnya, sarat dengan nuansa sains, sekaligus juga memperkuat ketokohan keduanya. Begitu pula pemaparan sejumlah teori, baik yang diberi keterangan danal catatan kaki, mapun yang diinterasikan dalam deskiripsi dan dialog antar tokoh, memastikan luasnya wawasan Dee.
Di halaman akhir novel ini, Dee (2012: 318) mengatakan bahwa novel Supernova bukanlah okultisme (kepercayaan terhadap hal-hal suptranatural). Supernova adalah novel yang mengolah apa saja—sejarah, mitos, sains, bahkan daftar belanjaan—untuk menunjukkan simpul-simpul benang perak dalam jaring laba-laba kehidupan. Di alam relatif yang serba tidak pasti ini, menurut Dee, Supernova hanya menjamin satu hal: perubahan cara pandang kita terhadap hidup akan berdampak besar pada dunia melampaui apa yang bisa kita bayangkan.
Itulah ketrkaitan antara penokohan dalam novel ini dengan tema yang dikandungnya.

3.3 Kesimpulan
Penokohan dalam novel ini dijadikan sebagai sarana oleh pegarang dalam menguraikan tema yang terkandung di dalamnya, melalu karakter para tokoh serta kegiatan para tokoh dalam novel ini menujukkan tema yang dikandungnya.  Supernova merupakan suatu cerita yang menitikberatkan pada kejadian-kejadian dan proses pengembangan karakter yang dialami tokoh-tokohnya.
Mulanya kehidupan Re dan Rana ibarat sebuah sistem yang teratur. Pertemuan Re dan Rana adalah suatu gerak yang disebut Reuben sebagai loncatan kuantum. Rana adalah atraktor asing bagi mekanisme kehidupan Re, demikian juga sebaliknya. Keteraturan yang bertemu dengan keteraturan lain ini kemudian menghasilkan ketidakteraturan, penerapan konsep order dan disorder. Re dan Rana yang saling mencintai membuka keniscayaan yang disebut Reuben sebagai titik bifurkasi, yaitu terbukanya kemungkinan-kemungkinan yang (sebelumnya) tak tersedia di dalam sebuah sistem. Sementara kehidupan Re yang berubah drastis merupakan pengejawantahan teori chaos yang diperbincangkan oleh pasangan Reuben dan Dimas di mana suatu struktur yang telah tertata rapi (kehidupan Re) disusupi oleh sosok asing yang mengacak sistem tersebut yaitu Rana.
Novel  “Supernova: Kesatria, Putri Dan Bintang Jatuh” memiliki tujuh model yakni keterasingan, rekonstruksi eksistensi, penemuan jati diri, kebebasan mengubah perspektif, kesadaran personal, kepedulian terhadap sesama, dan aktualisasi diri, yang kemudian dapat ditarik matriksnya yaitu kesadaran personal orang-orang yang terasing.
Dengan demikian, dalam sebuah fiksi, tema bersifat mengikat dan menyatukan keseluruhan unsur fiksi tersebut. Sebagai unsur utama fiksi, penokohan erat berhubungan dengan tema. Tokoh-tokoh cerita itulah, terutama, yang sebagai pelaku-penyampai tema, secara terselubung atau terang-terangan. Adanya perbedaan tema akan menyebabkan perbedaan pemerlakuan tokoh cerita yang “ditugasi” menyampaikannya.

















DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Sastra.  Bandung: Sinar baru.
Anoegrajekti, Novi. 2004. Telaah Prosa Indonesia II. Jember: Jember University
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya

http://deelestari.com/supernova-kpbj/. Diakses pada 3 Desember 2015.
[Continue reading...]

TINJAUAN KARAKTER BERDASARKAN DIALOG TOKOH PADA NASKAH DRAMA PAGI BENING KARYA SERAFIN DAN JOAQUIN ALVARES QUINTERO TERJEMAHAN SAPARDI DJOKO DAMONO

- 0 komentar

BAB I

PENDAHULUAN


Latar Belakang


Salah satu bentuk karya sastra adalah drama. Drama mengambil bentuk pada manusia (tokoh) yang diberikan segi-segi dan perannya. Naskah drama Pagi Bening adalah naskah drama komedi  satu  babak yang berasal dari Spanyol, naskah ini ditulis oleh Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero diterjemahkan Drs. Sapardi Djoko Damono ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2006. Tempat kejadian (setting tempat) drama ini berada di Madrid- Spanyol di suatu taman terbuka.
Tokoh menunjuk pada orang atau pelaku yang terdapat dalam suatu cerita. Sedangkan karakter atau character dapat diartikan “perwatakan”. Menurut Stanton (melalui Nurgiantoro, 2000 : 165) karakter dapat diartikan ke dalam dua makna yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan,  dan  sebagai  sikap,  ketertarikan, keiginan, emosi dan prinsip moral  yang  dimiliki  tokoh-tokoh tersebut. Dalam karya drama bentuk manusia (tokoh) diberikan perannya    masing-masing. Tokoh dalam drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh itulah sebabnya istilah tokoh juga disebut karakter atau watak. Istilah penokohan juga sering disamakan dengan istilah perwatakan  atau karakterisasi (tidak sama dengan karakteristik) (Saliman : 1996 :  32).
Naskah Pagi Bening ini memiliki struktur yang penting untuk dikaji. Salah satu struktur tersebut yakni tokoh dan penokohan dalam naskah ini penting untuk memberi penguatan terhadap jiwa seorang tokoh. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penyusun akan mengemukakan lebih jauh tentang tentang “Karakter Berdasarkan Dialog  Tokoh Pada Naskah Drama Pagi Bening Karya Serafin Dan Joaquin Alvares Quintero Terjemahan Sapardi Djoko Damono”.

Rumusan Masalah


1.      Bagaimankah karakter tokoh dalam naskah drama Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono?
2.      Bagaimanakah apresiasi  dalam naskah drama Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono?

Tujuan


·         Mengetahui karakter tokoh dalam naskah drama Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono
·         Mengetahui apresiasi dalam naskah drama Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 


Penentuan karakter tokoh merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang untuk memberi kesan menarik pada karyanya. Menurut keterlibatannya terhadap karya fiksi itu terdapat dua jenis tokoh dalam setiap karya fiksi yaitu   tokoh utama dan tokoh penunjang (Sayuti, 2009:6.6). Cara  menentukan  yang  mana tokoh utama dan yang mana tokoh penunjang adalah  dengan  membandingkan setiap tokoh di dalam  cerita.

Teknik Pelukisan Tokoh


Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM (dalam Suyoto. (http://agsuyoto.wordpress.com), ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
1.      Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
2.      Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
3.      Melalui penggambaran fisik tokoh.
4.      Melalui pikiran-pikirannya
5.      Melalui penerangan langsung. Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung. (http://agsuyoto.wordpress.com).
Menurut Nurgiyantoro (1995:194-211) teknik pelukisan tokoh dibagi menjadi 2 sebagai berikut :
1. Teknik Ekspositori disebut juga teknik analitis, penulisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita dihadirkan berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya.
2. Teknik Dramatik atau dilakukan secara tak langsung. Pengarang tak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktifitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverval lewat tindakan dan tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi.
a). Teknik Cakapan.  Percakapan yaang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimakasudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Tidak semua percakapan memang mencerminkan kedirian tokoh atau paling tidak, tidak mudah untuk menafsirkannya sebagai demikian. Namun percakapan yang baik efektif serta lebih fungsional adalah yang menunjukkan perkembangan plot dan sekaligus mencerminkan sifat kedirian tokoh pelakunya.
b). Teknik Tingkah Laku. Teknik ini menaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik.
c). Teknik Pikiran dan Perasaan. Bagaimana keadaan, jalan pikiran, serta perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang sering dipikir dan dirasakan oleh tokoh.
d). Teknik Arus Kesadaran. Sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak ( Abrams, 1981:187).
e). Tekinik Reaksi Tokoh. reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalaha, keadaan, kata, dan sikap-tingkah-laku orang lain dan sebagainya yang berupa “rangsang” dari luar diri tokoh yang bersangkutan.
f). Teknik Reaksi Tokoh Lain. Reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannyayang berupa pandangan, sikap, pendapat, komentar dan lain-lain.

Pembedaan Tokoh


1)  Tokoh Utama dan tokoh tambahan
Nurgiyantro (2007 : 176) Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh Tambahan Tokoh tambahan atau disebut juga tokoh pembantu merupakan tokoh yang berperan membantu/menemani tokoh utama dalam cerita dan tokoh ini bukan yang menjadi fokus perhatian pembaca.
2) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 178) tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.
Tokoh antagonis disebut juga tokoh yang menjadi penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin.
3)      Tokoh Sederhana atau tokoh bulat
Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas tertentu, suatu sifat-watak tertentu saja.  Sementara tokoh bulat yaitu tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.


5)      Tokoh Statis (tak berkembang) dan Tokoh Berkembang
Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro 2007 : 188) tokoh statis (tak berkembang) adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan.
7)      Tokoh tipikal dan Tokoh Netral
Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya, atau sesuatu yang lain yang lebih bersifat mewakili. Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.


BAB III

PEMBAHASAN


2.1 Karakter Tokoh dalam Naskah Drama Pagi Bening Karya Serafin Dan Joaquin Alvarez Quintero Terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono


 Tokoh menunjuk pada orang atau pelaku yang terdapat dalam suatu cerita. Sedangkan karakter atau character dapat diartikan “perwatakan”. Menurut Stanton (melalui Nurgiantoro, 2000 : 165) Menurut Nurgiantoro teknik cakapan yaitu percakapan yaang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimakasudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Tidak semua percakapan memang mencerminkan kedirian tokoh atau paling tidak, tidak mudah untuk menafsirkannya sebagai demikian. Sehingga dialog berperan menciptakan suasana terpenting dalam naskah drama Pagi Bening. Dialog pun sangat penting hubungannya dengan tokoh. Di samping oleh perbuatannya, watak tokoh naskah drama Pagi Bening dilukiskan  melalui  apa yang dikatakannya atau apa yang dikatakan oleh tokoh lain tentang dia sehingga dialog berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran, sikap dan perilaku masing-masing tokoh dalam sebuah naskah. Melalui dialog, sikap dan perilaku tokoh yang terdapat dalam naskah, pembaca juga dapat menerka apa dan bagaimana pikiran dan keinginan pengarang. Kalaupun watak tokoh-tokoh tidak diugungkapkan pengarang secara  langsung
 Dari dialog tersebut dapat mendeskripsikan bagaimana karakter,
1)      Don Gonzalo
Gonzalo digambarkan sebagai seorang lelaki tua yang sudah berumur kurang lebih tujuh puluh tahun.  Sama halnya dengan Laura, Gonzalo adalah seorang kakek yang kerap kali datang ke taman dan duduk di bangku yang biasa dia duduki setiap kali datang ke taman. Namun tidak pada pagi itu, bangku taman yang  biasa  ditempatinya  telah  ditempati oleh tiga orang pendeta. Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya dia  duduk di sebelah Laura.
Seorang Gonzalo yang memiliki watak tidak sabar dan pemarah. Hanya karena bangku taman yang biasa ia duduki kini diduduki oleh orang lain, Gonzalo tidak dapat menyembunyikan kemarahannya. Ia juga congkak karena merasa gengsi harus duduk sebangku dengan wanita tua yang ia merasa tak mengenalnya. Seperti pada kutipan berikut ini :
GONZALO    :     Apa sudah pergi pendeta-pendeta yang ngobrol itu, Juan?
JUANITO       :     Tentu saja belum, Senior?
GONZALO        :       Walikota seharusnya lebih banyak menaruh bangku-bangku di sini! Terpaksa juga aku kini duduk bersama wanita tua itu!
                              (ia duduk di ujung bangku,memandang dengan iri kepada laura, dan memberi hormat dengan mengangkat topi). Selamat pagi.
LAURA          : Jadi tuan di sini lagi?
GONZALO    :     Ku ulang lagi, kita kan belum pernah jumpa!      
LAURA          :     Saya toh cuma membalas salam tuan!
GONZALO    :   “Selamat Pagi”, mestinya cukup dibalas dengan “selamat pagi” saja.
LAURA          :     Tapi tuan seharusnya juga minta ijin untuk duduk di bangku saya ini.
GONZALO    :     Ahai, bangku ini kan milik umum!
LAURA          :     Kenapa bangku yang di san itu juga tuan katakan milik tuan, hah?
GONZALO    :     Baik, baik! Sekian sajalah!
                              ( pada dirinya sendiri ) Dasar perempuan tua! Patutnya dia di rumah saja, merenda atau menghitung tasbih.


2. Laura
Laura adalah seorang wanita tua yang berumur kira-kira 70 tahun.  Di usianya yang sudah senja itu, masih nampak jelas aura-aura kecantikan di masa mudanya. Tindak tanduknya menunjukkan bahwa dia mempunyai mental  yang  baik. Ia adalah seorang nenek yang kerap kali pergi dan duduk di taman. Setiap  hari, ia duduk di tempat duduk yang sama sehingga menganggap tempat duduk itu seolah-olah miliknya. Ia duduk di bangku taman sambil memberikan remah roti kepada burung-burung merpati di  taman. Laura adalah seorang wanita yang usil dalam arti positif.Ia senang bergaul  dan bercanda. Di usianya yang senja ia masih terlihat ceria dan penuh syukur. Hal tersebut terlihat dari dialog-dialog yang diucapkannya.  
LAURA          :     Jadi tuan di sini lagi?
GONZALO    :     Ku ulang lagi, kita kan belum pernah jumpa!      
LAURA          :     Saya toh cuma membalas salam tuan!
GONZALO    :     “Selamat Pagi”, mestinya cukup dibalas dengan “selamat pagi” saja.
LAURA          :   Tapi tuan seharusnya juga minta ijin untuk duduk di bangku saya ini.
GONZALO    :     Ahai, bangku ini kan milik umum!
LAURA          :   Kenapa bangku yang di san itu juga tuan katakan milik tuan, hah?
Namun ia  juga  seorang yang disiplin dan otoriter terutama terhadap Petra pembantunya. Dari kelembutan dan keanggunannya dapat dilihat bahwa pada masa mudanya  Laura  adalah  seorang gadis cantik dari keluarga terpandang yang menjadi incaran banyak  pria.
LAURA          :     Ya, kau masih duapuluh tahun (ia duduk di bangku belakang). Aku merasa lebih letih dari biasanya (melihat petra yang nampak tak sabaR), pergilah kalau kau ingin ngobrol dengan tukang kebunmu itu!
PETRA           :     Dia bukan tukang kebunku, Senora, dia tukang kebun taman ini!
LAURA          :     Ia lebih tepat disebut milikmu daripada milik taman ini. Cari saja dia. Tapi jangan sampai terlalu jauh hingga tak kau dengar panggilanku.
PETRA           :     Saya sudah melihatnya di sana, menanti.
LAURA          :     Pergilah, tapi jangan lebih dari sepuluh menit!
3. Juanito
Dalam drama ini, tokoh Juanito berperan sebagai lelaki pembantu Gonzalo. Setiap pagi dia selalu menemani Gonzalo jalan-jalan ke taman. Juanito sebenarnya adalah pembantu Gonzalo yang setia. Sebenarnya ia adalah pemuda yang tampan dan lincah. Namun karena melihat  majikannya  tidak sabar  ia menjadi ikut tidak sabar pula. Di samping itu Juanito memiliki tujuan tersendiri datang  ke taman  tersebut.  Pada  suasana tersebut,  terlihat bahwa Juanito menekan kesabarannya menghadapi Gonzalo.
JUANITO       :     Duduk di sini sajalah, senior. Hanya ada seorang wanita.
                              (dona laura menengok dan mendengarkan)
GONZALO    :     Tidak, Juanito. Aku mau tersendiri.
JUANITO       :     Tapi tak ada .
GONZALO    :     Yang di sana itu kan milikku!
JUANITO       :     Tiga orang pendeta duduk di sana, Senior!
GONZALO    :     Singkirkan saja mereka! ... ... ... Sudah pergi!
JUANITO       :     Tentu saja belum! Mereka tengah bercakap-cakap.
4.. Petra
Petra berperan sebagai gadis pembantu Laura. Setiap pagi dia selalu menemani Laura jalan-jalan ke taman sambil memegangkan remah roti yang akan diberikan ke merpati-merpati yang ada di taman. Dalam drama  ini  dijelaskan  posisi Petra sebagai pembantu, sedangkan Laura sebagai majikan atau yang dibantu.Hal tersebut juga dibuktikan dengan panggilan “Senora” oleh Petra yang ditujukan pada Laura.
Petra adalah seorang gadis yang periang. Ia seorang gadis cantik yang langsing dan gesit namun lembut. Selain itu, dengan  kelembutannya,  ia  merupakan tipe penyayang karena selalu sabar menuntun majikannya, Laura. Ia setia kepada majikannya sehingga selalu disayang oleh Laura. Namun, sebagai seorang wanita muda yang lugu, Petra adalah orang yang  pelupa.
LAURA          :     Pergilah, tapi jangan lebih dari sepuluh menit!
PETRA           :     Baik, Senora (berjalan ke kanan)
LAURA          :     Hei, nanti dulu!
PETRA           :     Ada apa lagi, Senora?
LAURA          :     Berikan remah-remah roti itu!
PETRA           :     Ah, pelupa benar aku ini!
LAURA          :   (senyum) Aku tahu! Pikiranmu sudah lekat ke sana, heh, si tukang kebun itu!
PETRA           :   Ini, Senora (mengeluarkan bungkusan roti. Keluar ke kanan)
Karakter adalah jenis peran yang akan di mainkan, sedangkan penokohan adalah proses kerja untuk memainkan peran yang ada dalam naskah lakon. Penokohan ini biasanya di dahulukan dengan menganalisis  peran  tersebut  sehingga dapat di mainkan. Menurut Eko Santoso jenis karakter ada  empat  macam, yaitu Flat karakter, Round Karakter, Teatrikal dan  Karikutural.

2.2 Apresiasi  dalam Naskah Drama Pagi Bening Karya Serafin Dan Joaquin Alvarez Quintero Terjemahan Drs. Sapardi Djoko Damono

 

Selain penokohan, dari naskah drama "Pagi Bening" juga dapat diambil amanat positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan yang dapat diperoleh dari naskah drama di atas adalah kita harus ramah pada setiap orang meskipun orang itu mempunyai perangai yang kurang baik. Dalam kehidupan sosial, kita tidak boleh memiliki sifat egois yang terlalu berlebihan. Meskipun pada dasarnya setiap manusia mempunyai sifat egois, akan tetapi ada baiknya jika dapat mengendalikan sifat egois itu agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Tidak hanya itu saja, mengakui kesalahan yang telah diperbuat juga harus kita lakukan. Kita juga harus mempertanggungjawabkan kesalahan yang telah kita perbuat. Meskipun hasil akhirnya kita akan mendapat hukuman, berlari dari masalah yang ada di kehidupan merupakan sifat seorang pengecut yang tidak patut untuk dicontoh. Sabar dalam melakukan segala hal juga harus kita lakukan. Jika kita sabar dalam menghadapi segala hal atau masalah yang ada, maka kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Naskah drama ini memberikan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Dari naskah drama ini pembaca dapat memperoleh pembelajaran mengenai kehidupan sehari-hari. Selain itu, naskah drama ini juga memberikan pembelajaran mengenai bagaimana kita seharusnya bersikap kepada semua orang. Dalam kehidupan sehari-hari kita dituntut untuk ramah kepada semua orang agar tidak disangka orang yang sombong atau congkak. Dalam bermasyarakat kita juga tidak boleh egois karena sifat egois yang terlalu berlebih dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dalam menghadapi berbagai cobaan yang ada atau masalah yang datang dalam kehidupan, hendaknya kita harus bersikap sabar dan tawakal. Selain itu, kita juga harus berani mengakui kesalahan yang pernah kita perbuat dan harus berani bertanggungjawab dari kesalahan yang telah diperbuat, meskipun hasil akhirnya kita akan mendapat hukuman dari perbuatan kita. Naskah drama ini baik untuk dibaca oleh semua orang, karena dalam naskah drama ini kita dapat belajar mengenai banyak hal dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Tidak hanya itu saja, naskah drama ini dikemas secara menarik dalam bentuk sebuah naskah drama komedi dan dengan bahasa yang ringan, akan tetapi pesan yang ingin disampaikan juga masih dapat terlihat.

2.3. Kesimpulan


Watak para tokoh bukan saja merupakan pendorong untuk terjadinya peristiwa, akan tetapi juga merupakan unsur yang menyebabkan gawatnya masalah-masalah yang timbul dalam peristiwa-peristiwa tersebut.  Tingkah  laku dan perkataan tokoh-tokoh cerita itu niscaya akan membangkitkan perhatian dan membimbing pembaca atau penonton yang peka untuk memahami, menghayati,  dan menyimpulkan buah pikiran  pengarang. Dalam naskah drama Pagi Bening dilukiskan  melalui  apa yang dikatakannya atau apa yang dikatakan oleh tokoh lain tentang dia sehingga dialog berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran, sikap dan perilaku masing-masing tokoh dalam sebuah naskah. Melalui dialog, sikap dan perilaku tokoh yang terdapat dalam naskah, pembaca juga dapat menerka apa dan bagaimana pikiran dan keinginan pengarang. Kalaupun watak tokoh-tokoh tidak diugungkapkan pengarang secara  langsung



             



DAFTAR PUSTAKA


Harymawan. 1986. Dramaturgi. Bandung:  Rosdakarya
Nurgiantoro, B.    2002.Teori  Pengkajian   Fiksi.      Yogyakarta:   Gadjah   Mada University Press.
Waluyo, H. J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: UNS. Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta:  Pustaka.

[Continue reading...]
 
Copyright © . CATATANKU - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger