BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya
sastra hadir dan menjadi saksi dari peradaban suatu masyarakat yang dinamis.
Karya sastra sebagai suatu hasil dari karya kreatif pengarang tentunya bersifat
subjektif imajinatif. Novel dalam hal ini merupakan suatu karya sastra
berbentuk prosa yang merupakan totalitas secara
menyeluruh yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai
bagian-bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang
lain secara erat dan saling menggantungkan. Novel “Supernova:
Ksatria, Putri Dan Bintang Jatuh” merupakan seri pertama dari novel berseri
Supernova karya Dewi Lestari yang menceritakan mengenai Reuben dan Dimas yang
menunaikan ikrar mereka untuk berkarya bersama. Pasangan homoseksual Dimas dan
Reuben mulai menulis roman yang diberi judul kesatria, putri dan bintang jatuh. Paralel dengan itu, dalam
kehidupan nyata, sebuah kisah cinta terlarang antara Ferre dan Rana. Hubungan
cinta mereka merepresentasikan dinamika yang terjadi antara tokoh kesatria
putri dalam fiksi Dimas dan Reuben. Tokoh ketiga yaitu Bintang Jatuh dihadirkan
oleh seorang peragawati terkenal bernama Diva yang memiiki profesi sampigan
sebagai pelacur kelas atas. Tanpa ada yang bsa mengantisipasi kehadiran sosok
bernama Supernova menjadi knci penentu yang akhirnya merajut kehidupan nyata
antara Ferre, Rana dan Diva dengan kisah fiksi karya Dimas dan Reuben dalam
satu dimensi kehidupan yang sama.
Tanggapan
pada novel “Supernova: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh” dari beberapa ahli
sastra dalam kata pengantar edisi keempat yaitu dari Sapardi Djoko Damono
“Novel ini, terutama penyusunan dialog dan komposisinya merupakan perwujudan
dari kebudayaan kita yang sekarang diguncang oleh tidak adanya makna yang bisa
dijadikan pegangan. Sangat menarik.” Tanggapan kedua dari Jakob Sumardjo yaitu
“ Sebuah novel yang menarik dari angkatan muda kita. Inilah karya sastra
intelektual yang bergaya pop art yang
sepenuhnya bermain didunia hakiki. Menentang nilai-nilai lama dengan mengajukan
argumentasi-arumentasi baru, agar pembaca memiliki persepsi baru tentang
keberadaannya.” Tanggapan ketiga dari Dr. I. Bambang Sugiharto yaitu “ Sebuah
petualangan intelektual yang menerabas segala sekat disipliner; semacam
perselingkuan yang memesona antara Fisika, Psikologi, Religi, Mitos, dan Fiksi.
Tak hanya menggoda, novel ini mungkin bahkan penting.” Menurut Putu Wijaya “Di
tebing akhir supernova akan muncul
sebuah kalimat besar yang bisa jadi
kunci segala macam fanatisme yang kini tengah mengoyak negeri ini: Matialah
terhadap segala yang kau tahu.” Sedangkn menurut Tufiq Ismail “Salah satu
kesegaran baru yang muncul dalam sastra Indonesia tiga tahun terakhir ini.
Penelusuran nilai lewat sains, spiritualitas dan percintaan yang cerdas, unik,
dan mengguncang.”
Pradopo (2013:106-117) menjelaskan bahwa “karya sastra perlu dimaknai
dan pemaknaan tersebut melalui proses konkretisasi yang memerlukan bermacam
usaha untuk mencapai makna yang sepenuhnya. Usaha-usaha tersebut saling
membantu dan tidak dapat dilakukan secara terpisah untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.”
Berdasarkan pendapat para
tokoh, satrawan dan guru besar sehingga
penyusun
tertarik untuk meninjau secara struktural novel berjudul “Ksatria,
Putri dan Bintang Jatuh.” Karya Dewi Lestari. Untuk mengetahui hubungan antara
tema dan penokohan dalam novel ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah ringkasan cerita pada novel “Supernova: Kesatria,
Putri dan Bintang Jatuh” berdasarkan tema dan penokohan ?
2.Bagaimanakah tinjauan struktural pada novel “Supernova: Kesatria,
Putri dan Bintang Jatuh” berdasarkan tema dan penokohan ?
1.3 Tujuan
Tinjauan ini
bertujuan untuk mempelajari, memahami dan memperoleh gambaran yang jelas mengenai tinjauan
struktural pada novel “Supernova: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh” khususnya untuk mengetahui hubungan antara tema dan penokohan dalam teori struktural.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pendekatan Struktural
Tinjauan ini dipusatkan ada analisis struktural mengenai penokohan
dan tema. Karena pokohan dan tema saling terkait. Nurgiyantoro (1995:36)
Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme
Praha. Ia mendapatkan
pengaruh langsung dari teori Saussure yang mengubah studi lingistik dari
pendekatan diakronik ke sinkronik. Studi linguistik tidak lagi ditekankan pada
sejarah perkembangannya, melainkan pada hubungan antarunsurnya.
Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi
yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya,
bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut
pandang, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 1995: 37).
Menurut Teew (1988:
121-134) secara etimologis struktur berasal dari kata structura, bahasa
Latin, yang berarti bentuk atau bangunan. Asal muasal strukturalisme
dapat dilacak dalam Poetica Aristoteles, dalam kaitannya dengan tragedi, lebih
khusus lagi dalam pembicaraannya mengenai plot. Konsep plot harus memiliki
ciri-ciri yang terdiri atas kesatuan, keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan.
Sedangkan
menurut Abrams (dalam Nurgiantoro 1995:36-37) Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut
kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secar koheresif oleh
berbagai unsur (pembangun)-nya. Di satu pihak struktur karya sastra dapat
diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang
menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah.
Kedinamisan
kajian struktur sastra, disebabkan oleh kreatifitas pembaca. Pembaca adalah
makhluk yang mampu masuk ke dalam ruang-ruang dan pemberi tanda yang bermakna.
Karena itu, peneliti struktural dinamik sekurang-kurangnya memiliki dua tugas
yaitu; (1) menjelaskan karya sastra sebagai struktur berdasarkan unsur-unsur
yang membentuknya; (2) menjelaskan kaitan antara pengarang, realitas, karya
sastra, dan pembaca (Sayuti, 1994:89).
2.2 Teknik Pelukisan Tokoh
Penokohan merupakan salah satu faktor terpenting dalam sebuah cerita
fiksi. Setiap karya fiksi otomatis terdapat tokoh di dalamnya. Terdapat dua
macam jenis tokoh dalam setiap karya fiksi menurut keterlibatannya terhadap
karya fiksi itu sendiri, yaitu tokoh utama (sentral) dan tokoh penunjang
(periferal) (Sayuti, 2009:6.6).
Menurut Nurgiyantoro (1995:194-211) teknik pelukisan tokoh dibagi
menjadi 2 sebagai berikut :
1. Teknik
Ekspositori disebut juga teknik analitis, penulisan tokoh cerita dilakukan
dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung. Tokoh
cerita dihadirkan berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri
fisiknya.
2. Teknik Dramatik
atau dilakukan secara tak langsung. Pengarang tak mendeskripsikan secara
eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para
tokoh untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktifitas yang
dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverval lewat tindakan dan
tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi. a). Teknik Cakapan.
Bentuk percakapan tokoh baik yang pendek maupun yang panjang. b). Teknik
Tingkah Laku. Teknik ini menaran pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik.
c). Teknik Pikiran dan Perasaan. Bagaimana keadaan, jalan pikiran, serta
perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang
sering dipikir dan dirasakan oleh tokoh. d). Teknik Arus Kesadaran. Sebuah
teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh
di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran,
perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak ( Abrams, 1981:187). e).
Tekinik Reaksi Tokoh. reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalaha, keadaan,
kata, dan sikap-tingkah-laku orang lain dan sebagainya yang berupa “rangsang”
dari luar diri tokoh yang bersangkutan. f). Teknik Reaksi Tokoh Lain. Reaksi
yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari
kediriannyayang berupa pandangan, sikap, pendapat, komentar dan lain-lain. g).
Teknik Pelukisan Latar.
Dalam Telaah Prosa Indonesia II oleh Novi Anoegrajekti, M.Hum.
(2004:20-30) teknik peceritaan dibagi menjadi 4 diantaranya :
1.Teknik
pemandangan dan teknik adegan jika suatu cerita disajikan dengan teknik
pemandangan, latar fisiknya luas dan umum, lakon digambarkan secara umum, dan
jangak waktu yang panjang di kkisahkan dalam satu kaliamat atau dalam satu
paragraf.
2.Teknik montase.
Teknis montasi dapat juga menyajikan kesibukan latar (misalnya kesibukan kota
besar), atau suatu kelakuan (misalnya kekalutan pikiran), atau aneka tugas
seorang tokoh (secara simultan dan dinamis) (Zaubin, 1985:76).
3. Teknik kolase.
Dalam kesustraan, teknik kolase menghasilkan cerita yang sarat dengan kutipan
dari karya sastra lain, dengan ilusi, ungkapan asing, yang biasanya dianggap
tidak ada hubungannya yang satu dengan yang lain. ( Sudjiman, 1986:42)
4. Teknik
Asosiasi. Hasil penggunaan teknik penceritaan ini ialah serentetan episode atau
peristiwa yang nampaknya tidak berkaitan dengan cerita inti. Namun dengan
asosiasi keterkaitan dalam cerita itu dapat dijelaskan.
Jenis-Jenis
Penokohan :
1)
Tokoh Utama
Nurgiyantro (2007 : 176) Tokoh utama
adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian.
Tokoh utama mencakup :
a)
Tokoh protagonis
Altenbernd dan Lewis (dalam
Nurgiyantoro 2007 : 178) tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang
salah satu jenisnya secara populer disebut hero-tokoh yang merupakan
pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.
b)
Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis disebut juga tokoh
yang menjadi penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis, barangkali dapat
disebut beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak
langsung, bersifat fisik ataupun batin.
2)
Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan atau disebut juga
tokoh pembantu merupakan tokoh yang berperan membantu/menemani tokoh utama
dalam cerita dan tokoh ini bukan yang menjadi fokus perhatian pembaca.
3)
Tokoh Sederhana atau Tokoh datar
Tokoh sederhana atau datar adalah
tokoh yang kurang mewakili keutuhan personalitas manusia dan hanya ditonjolkan
satu sisinya saja.
4)
Tokoh Bulat atau Tokoh Kompleks
Abrams (dalam Nurgiyantoro 2007 :
183) tokoh bulat atau tokoh kompleks yaitu tokoh yang dapat dilihat semua sisi
kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.
5)
Tokoh Statis (tak berkembang)
Altenbernd dan Lewis (dalam
Nurgiyantoro 2007 : 188) tokoh statis (tak berkembang) adalah tokoh cerita yang
secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai
akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.
6)
Tokoh Berkembang
Tokoh berkembang adalah tokoh cerita
yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan
perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan.
7)
Tokoh tipikal
Tokoh tipikal adalah tokoh yang
hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak
ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya, atau sesuatu yang lain yang
lebih bersifat mewakili.
8)
Tokoh Netral
Tokoh netral adalah tokoh cerita
yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang
hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
2.3 Tema
Langkah mencari tema menurut Aminuddin (1992) :
1. Memahami
setting dalam prosa fiksi yang dibaca
2. Memahami penokohan
dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yan dibaca
3. Memahami
satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa
4. Memahami
plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca
5. Untuk memahami
plot perlu dibaca berulang-ulang
6. Menggabungkan
poko-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari
satuan-satuan peristiwa yang terpapar
dalam suatu cerita.
7. Menentukan
sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
8. Mengidentifikasi
tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran
serta sikap penyar terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
9.Menafasirkan
tema dalam cerita yang dibuat serta menyimpilkannya dalam satu dua kalimat yang
diharapkan merupakan dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.
Menurut Shipley dalam Nurgiantoro ( 1995:80-82)
mengartikan tema sebgai subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang
dituangkan kedalam cerita. Shipley membedakan tema kedalam tingkatan-tingkatan,
sebagai berikut :
1. tema tingkat
fisik, manusia sebagai (atau:dalam tingkatan jiwa), molekul, man as molecul. Tema karya sastra pada tingkat ii lebih banyak
menyaran pada aktifitas fisik daripada kejiwaan. Ia lebih menekankan pada mobilitas
fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yag bersangkutan.
2. tema tingkat
organik, manusia sebagai (atau:dalam tingkatan jiwa) protoplas, man as protoplasm. Tema karya sastra
tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau memepersoalkan masalah seksualitas-suatu
aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Berbagai persoalan
kehidupan seksual manusia mendapat penekanan dalam novel dengan tema tingkat
ini, khususnya kehidupan seksual yang besifat menyimpang, misalnya
penyelewengan dan pengkhianatan suami-istri, atau skandal-skandal seksual yang
lain. Misalnya pada novel Jalan Tak Ada
Ujung, Senja Di Jakarta.
3. tama tingkat
sosial, manusia sebagai makhluk sosial, man
as socious. Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi,
politik, pendidika, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, hubungan
atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya yang biasanya
muncul dalam kerya yang berisi kritik sosial.
4. tema tingkat
egoik, manusia sebagai individu, man as
individualism. Disamping sebagai makhluk sosial, manusia juga sebagai
makhluk individu yang senantiasa “menuntut” pengakuan atas hak
idividualitasnya. Masalah individualitas ini antara lain berupa masalah
egoisitas, martabat, harga diri atau sifat dan sikap tertentu manusia lainnya,
yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang bersangkutan.
5. tema tingkat
divine. Manusia sebagai makhluk
tingakt tinggi, yang belum tentu setiap manusia megalami dan atau mencapainya.
Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah hubungan manusia dengan
Sang Pencipta, masalah religiositas, atau beragai masalah yang bersifat
filosofis.
Menurut Stanton
dalam Nurgiyantoro (1995:87-88) mengemukakan adanya sejumlah kriteria dalam
usaha menemukan dan menaafsirkan tema sebuah novel sebagai berikut :
1. Penafsiran
tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detail cerita yang menonjol.
2. Penafsiran
tema setiap novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil
cerita.
3. Penafsiran
tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang
dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang
bersangkutan.
4. Penafsiran
tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secar
langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita.
Berdasarkan uraian diatas teknik pelukisan tokoh dipilih dari teori
Nurgiyantoro dan tema didasarkan pada teori Burhan Nurgiyantoro.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Ringkasan Novel “Supernova: Kesatria,
Putri Dan Bintang Jatuh”
Ruben dan Dimas, pasangan gay yang sama-sama berprofesi akademisi,
berikrar untuk membuat karya bersama pada hari jadi mereka ke-10. Reuben, yang
terobsesi menghubungkan sains dan spiritualitas dan menyebut dirinya Psikolog
Kuantum, terpaksa mengalah kepada Dimas yang ingin membuat novel. Akhirnya,
mereka sepakat untuk mengemas kolaborasi mereka dalam bentuk fiksi populer
dengan sentuhan teori-teori sumbangan Reuben. Terinspirasi kisah dongeng berjudul
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, karya mereka dimulai. Dimas dan Reuben
merancang tokoh-tokoh mereka, lengkap dengan konfliknya.
Tokoh Kesatria diwakili seorang eksekutif bernama Ferre yang berada di
puncak karier. Muda, tampan, sukses, dan lajang, Ferre memiliki segalanya.
Namun, wawancara dengan seorang reporter bernama Rana mengubah hidupnya. Ferre
jatuh cinta kepada Rana, yang mengingatkannya akan tokoh Putri dari dongeng
yang pernah ia dengar semasa kecil. Masalahnya, Rana sudah bersuami. Ferre
tidak bertepuk sebelah tangan. Rana, yang mendamba kebebasan dan merasa
terkungkung dalam pilihan-pilihan yang ia buat, menyambut cinta Ferre dan
terjalinlah hubungan terlarang di antara mereka.
Sementara itu, seorang peragawati papan atas bernama Diva menjalani
kehidupan ganda. Di luar dari dunia kerjanya di catwalk, Diva dikenal sebagai
perempuan panggilan dengan tarif termahal. Di mata Diva, semua orang adalah
pelacur. Ia memilih dengan sadar untuk melacurkan tubuh dan menjaga hartanya
yang paling berharga, yakni hati dan pikirannya. Meski bayarannya mahal,
klien-klien Diva seperti terbius dan tergila-gila. Mereka amat menikmati
mengobrol bersama Diva yang selalu bicara jujur dan apa adanya. Sebaliknya,
Diva tidak mempedulikan satu pun dari mereka. Satu-satunya pria yang ia hadapi
dengan perasaan hanyalah seorang pemuda bernama Gio. Bagi Gio, Diva adalah
cinta pertama dan cinta matinya. Di dunia maya, seorang tokoh cyber dengan
julukan Supernova menjadi penghubung kehidupan mereka yang seolah terpisah-pisah.
Supernova memiliki jaringan newsletter yang disebut sebagai Taman Kanak-kanak
Kehidupan. Kehadiran Supernova selalu ditunggu. Perspektifnya yang menyegarkan
tentang hidup menjadi jawaban yang dicari-cari banyak orang. Termasuk Rana.
Hubungan Rana dan Ferre semakin terpojok. Rana tidak berani
meninggalkan pernikahannya. Tanpa ia tahu, suaminya, Arwin, diam-diam
mengetahui hubungannya dengan Ferre. Akibat berkonsultasi dengan Supernova,
Arwin menyikapi isu perselingkuhan istrinya dengan cara yang tidak diduga-duga.
Hal itu mengagetkan Rana dan membuatnya malah berbalik.
Ferre mendarat di titik kritis. Trauma masa kecilnya kembali menyeruak.
Rahasia yang ia pendam sekian lama akhirnya harus kembali ia hadapi. Ferre,
sebagai Kesatria, harus menghadapi pengkhianatan Rana, Sang Putri. Diva adalah
seorang pelacur yang yang memiliki cara pandang unik
dan aneh. Selain cantik, ia juga berwawasan sangat
luas, kaya, mapan dan berpikiran maju. Diva yang ternyata adalah tetangga Re.
Kehadirannya pada kehidupan Re tidak untuk mengikatkan cinta, melainkan untuk
membebaskan Re dari segala kekacauan di pikirannya. Diva memperkenalkan
Re pada relativitas kehidupan. Bahwa kehidupan akan selalu menawarkan banyak
pilihan.
Kepingan Supernova
Supernova membatasi pergantian sudut pandang
penceritaannya melalui fragmen-fragmen yang diistilahkan menjadi keping. Supernova: Ksatria, Putri, dan
Bintang Jatuh (KPBJ) mengandung keping (33 keping). Bramantio
(2005:283) mengungkapkan bahwa Supernova (KPBJ) merupakan
sebuah teks transformasi paradoks kucing Schrodinger, efek kupu-kupu Lorenz,
dan geometri fraktal. Re-creating terhadap hipogram tersebut
menghasilkan sebuah teks dalam rangka fungsi menampilkan science
sebagai sesuatu yang dekat dengan kehidupan manusia, bukan semata-mata teori
mati seperti yang selama ini dikenal masyarakat umum.
Selain unsur sains, juga terdapat struktur genre puisi yang digunakan
untuk menggerakkan alur cerita. Chotimah (2002:158) memaparkan bahwa ada dua
jenis puisi yang diintegrasikan dalam KPBJ yakni puisi utama yang
berisi dongeng klasik mengenai Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, dan
puisi-puisi yang menggambarkan ungkapan perasaan Ferre. Dapat diketahui bahwa KPBJ
memuat beberapa sekuen yang terlihat berbeda namun ternyata merupakan
suatu kesatuan dan di dalamnya juga terdapat karya lain yang bergenre puisi
sebagai unsur penggerak alur cerita, sehingga dari gaya kepenulisan tersebut
dapat dikatakan bahwa KPBJ merupakan episode yang paling
menitikberatkan pada teknik penceritaan. KPBJ bereksperimen dengan
teknik sinematik yakni mencampur teknik montase, teknik kolase, dan teknik
asosiasi.
3.2 Tinjauan Struktural Novel
“Supernova:
Kesatria, Putri Dan Bintang Jatuh”
1. Penokohan
Novel
“Supernova: Kesatria, Putri Dan Bintang
Jatuh banyak menggunakan unsur sains sehingga berpengaruh
pada gaya kepenulisan yang cenderung memuat pemikiran-pemikiran tokoh melalui
dialog-dialog dalam latar diskusi tokoh Reuben dan Dimas, juga melalui ulasan
website tokoh cyber avatar (Diva/Supernova).
Tujuan
analisis tokoh-tokoh dibawah ini adalah untuk melihat peranan para tokoh dalam
penyampaian tema. Tokoh-tokoh itu akan dibahas satu persatu sebagai berikut :
1.
Ferre
Ferre merupakan tokoh
utama dan tokoh berkembang seperti pada kutipan dengan teknik pikiran dan perasaan
dan teknik reaksi toko lain di bawah ini :
Dee (2014:259) “dua
puluh jam pertama di dalam hidupnya dimana ia merasa sendiri, tanpa dunia.
Semua hiruk pikuk di luar sana sudah tidak mampu lagi menyentuhnya. Hanya ia
dan dia. Pistol kaliber 9 mm yang
tidak pernah digunakan. Barang itu sebenarna hanya suvenir pemberian. Ia
sendiri selalu mengaggapnya pajangan sampai malam ini. “
Dee (2014:296)
“Halo ? Re? Selamat, ya .Aku dengar kamu langsung bisa ngantor. Hebat.
Terbuat dari apa, sih, kamu? Besi? Suara ale yang setengah teriak-terik
memekakkan telinganya.”
Dari
kutipan diatas dapat ditinjau bahwa tokoh Ferre sebagai tokoh utama di fokuskan
dalam cerita ini, lalu sebagai tokoh berkembang, Ferre mengubah sikapnya dari
terpuruk, sedih re yang sakit hati, terpuruk dan hampir bunuh diri. karena
sakit hati menjadi kuatt dan bisa bangkit dari masalah yang Ferre hadapi. Ferre
berwatak keras
kepala, haus akan ilmu pengetahuan, pelajar yang gigih mempertahankan
pendapatnya, sinis, ia adalah seorang yang menyukai jenisnya.
2. Rana
Rana merupakan tokoh
utama, tokoh sederhana dan tokoh berkembang. Misalnya :
Dee (2014:59) “
Meja makan itu terasa lengang. Entah keran rumah besar itu hanya dihui merak
berdua, entah memang karena ada jarak yang tercipta. Arwin memandangi istiriya
yang sedang menunduk mengahdapi piring, menuggu saat-saat tepat untuk bericara.
“Rana,” panggil lembut.
“Ya, Mas?”
“Kamu kok jadi pendiam akhi-akhir ini? Ada masalah yang bisa kubantu?”
Rana menunduk lagi. Ya, Mas. Aku
jatuh cinta dengan pria lain. bisakah kita kemballi ke masa lalu dan tidak
pernah menikah?
Pada
kutipan diatas menunjukkan bahwa Rana merupakan tokoh yang berkembang karena
pada awalnya Rana juga mencintai Arwin dan memutuskan untuk menikah bersama
Arwin. Namn kemudian Rana jatuh cinta pada Ferre.
3. Diva
Sosok
Diva merupakan tokoh bulat karena memiliki watak dan tingkah laku yang sulit
diduga. Meskipun dia seorang pelacur kelas atas namun dia juga seseorang yang
peduli terhadap lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air serta
kemanusiaan seperti pada kutipan :
Dee
(2014:82) “Coba, bayangkan. Pendapatan satu bulan pekerja pabrik di Malaysia
sama besarnya dengan pekerja Illionis satu hari. Satu pekerja Prancis sama
dengan 47 pekerja Vietnam. Satu montir Amerika seharga 60 montir China. Itulah
perbandingan paling baru dari harga manusia. Tidak diumumkan di brosur saja,”
Diva berceloteh sambil menenggak miumannya.”
Diva tergolong dalam
tokoh bulat seperti pada kutipan berikut:
Dee
(2014:85-86) “ Saya tidak peduli dengan format fisik. yang saya maksudkan
dengan kehidupan adalah hidup. Vitalitas.
Energi yang masih murni, tidak tersendat-sendat seperti saluran pampat”
Dahlan
mengernyik bingung. “Kamu memang susah dimengerti.”
Diva dapat menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam,
bahkan sulit diduga. Diva dalam cerita ini merupakan sosok yang menaawan dan
menarik hati banyak orang karena kecantikan dan kepandaiannya disampig
pekerjaannya sebagai peragawati dan pelacur yang tidak perah disentuh oleh
pelanggannya.
4. Supernova
Supernova atau Cyber Avatar tergolong dalam tokoh
netral seperti pada kutipan :
Dee (2014:219) “ Malam ini, tidak ada yang
mengagetkannya ketika sebuah pesan datang, hanya :
From
: Supernova
Saya
di sini. Membaca semua surat Anda. Membalasnya dengan menjadikan Anda terus
bertanya. Menunggu Anda untu akhirnya terus mempertanyakan satu-satunya
pertanyaan yang ada.
Selamat
datang.”
Dalam kutipan diatas menandakan bahwa tokoh Supernova
teresebut sebagai tokoh netral dalam novel ini karena kehadirannya merupakan
pencerminan dari kenyataan di laur dunia nyata.
5. Dimas dan Reuben
Kedua tokoh ini memiki peran
yang sama dalam cerita, mereka berdua merupakan pencipta tokoh Kesatria, Putri
dan Bintang Jatuh. Tergolong dalam tokoh statis dan tokoh netral.
Dee (2014:13-14) “ Fine. Sepuluh tahun buatmu, sepuluh
tahun juga buatku. Satu masterpiece .
roman sastra berdimensi luas yang mampu menggerakkan hati banyak orang. ”
”So help us god.”
Keduanya langsung memulai
kembara imajinasi masing-masing. Lama mereka terdiam.”
Ruben dan Dimas dalam cerita ini
sebagai pembuat kisah Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh.
2. Tema
Tema dalam cerita ini sangatlah kompleks
seperti tampak pada kutipan percakapan Ruben dan Dimas ketika akan menciptakan
karya mereka, sebagai berikut :
Dee (2014:16-17) “Reuben, sudahlah. Ide kamu kemarin itu
terlalu mahal, butuh riset lama, dan, maaf, tidak akan menarik. Bisa jadi hand-out kuliah saja sudah bagus. Kita
butuh kemasan yang populis supaya karya it bisa dibaca banyak orang. Sebuah
roamn sains, yang romantis, sekaligus puitis. Sepakat ?”
Reuben Cuma mengangkat
alis, menyusul memasang kacamatanya. Siap menulis catatan.
“Baik.” Diman kembali
memulai, “Kita akan kembali membungkusnya dalam isah cinta yan bukan
biasa-biasa, kontroversial, ada pertentangan nilai sosial dan moral.”
“Let me guess, pasangan homoseksual ?”
“Bukan isu itu masih
terlalu minor untuk masyarakat kita. Aku ingin mengambil maslah hetero, tapi
memilikki rintangan besar, misal, yang satau sudah menikah.”
“Klise. Tapi, harus
kuakui, banyak dimensi di sana. Agama, moralitas, institusi. Hmmm. Okelah, aku
setuju.”
Dari berbagai setting, watak dan
penokohan pada novel ini yaitu dapat digolongkan menjadi tokoh bulat, tokoh
berkembang, tokoh netral dan tokkoh statis serta setting tempatnya di kota
metropoltas yaitu di Jakarta, dengan lokasi yang intelek, profesional, urban,
usia produktif, punya akse teknoloi dan informasi yang baik serta eksekutif muda dapat disimpulkan bahwa
tema dalam novel ini kompleks dan memiliki tema utama dan tema tambahan. Tema utama
dalam novel Supernova ini adalah tentang perselingkuhan antar Ferre dan Rana sebagai
sarana untuk menyampaikan nilai-nilai moral dan hakikat kehidupan. Tema
tambahan yang terdapat dalam novel Supernova adalah tentang percintaan yang tak
wajar (sesama jenis) yaitu antara tokoh Reuben dan Dimas. Masalah kesetiaan
seorang suami (Arwin) dimana pada akhirnya kesabaran dan kesetiaannlah yang
akan menang bukan hal negatif seperti perselingkuhan.
Supernova merupakan suatu cerita yang
menitikberatkan pada kejadian-kejadian dan proses pengembangan karakter yang
dialami tokoh-tokohnya. Supernova
(KPBJ) memiliki tujuh model yakni keterasingan, rekonstruksi
eksistensi, penemuan jati diri, kebebasan mengubah perspektif, kesadaran
personal, kepedulian terhadap sesama, dan aktualisasi diri, yang kemudian dapat
ditarik matriksnya yaitu kesadaran personal orang-orang yang terasing.
3. Hubungan Tema dan Penokohan.
Tema, merupakan
dasar cerita, gagasan sentral atau makna cerita. Dengan demikian, dalam sebuah
fiksi, tema bersifat mengikat dan menyatukan keseluruhan unsur fiksi tersebut.
Sebagai unsur utama fiksi, penokohan erat berhubungan dengan tema. Tokoh-tokoh
cerita itulah, terutama, yang sebagai pelaku-penyampai tema, secara terselubung
atau terang-terangan. Adanya perbedaan tema akan menyebabkan perbedaan
pemerlakuan tokoh cerita yang “ditugasi” menyampaikannya. Pengarang pada umunya
akan memilih tokoh-tokoh tertentu yang dirasa paling sesuai untuk mendukung
temanya. Tema dalam novel ini yaitu Tema utama dalam novel Supernova
ini adalah tentang perselingkuhan antar Ferre dan Rana sebagai sarana untuk
menyampaikan nilai-nilai moral dan hakikat kehidupan. Tema tambahan yang
terdapat dalam novel Supernova adalah tentang percintaan yang tak wajar (sesama
jenis) yaitu antara tokoh Reuben dan Dimas. Masalah kesetiaan seorang suami
(Arwin) dimana pada akhirnya kesabaran dan kesetiaannlah yang akan menang bukan
hal negatif seperti perselingkuhan.
Melalui kisah
Ruben dan Dimas, juga Re dan Rana, pengarang sebenarnya juga bermaksud menyampaikan
teori fisika kuantum (hlm. 46). Mulanya kehidupan Re dan Rana ibarat sebuah
sistem yang teratur. Pertemuan Re dan Rana adalah suatu gerak yang disebut
Reuben sebagai loncatan kuantum. Rana adalah atraktor asing bagi mekanisme
kehidupan Re, demikian juga sebaliknya. Keteraturan yang bertemu dengan
keteraturan lain ini kemudian menghasilkan ketidakteraturan, penerapan konsep
order dan disorder.
Selain
istilah-istilah sains di atas, Dee juga memperkenalkan kepada pembaca tentang
titik bifurkasi, dan teori chaos. Re dan Rana yang saling mencintai membuka
keniscayaan yang disebut Reuben sebagai titik bifurkasi, yaitu terbukanya
kemungkinan-kemungkinan yang (sebelumnya) tak tersedia di dalam sebuah sistem.
Sementara kehidupan Re yang berubah drastis merupakan pengejawantahan teori
chaos yang diperbincangkan oleh pasangan Reuben dan Dimas di mana suatu
struktur yang telah tertata rapi (kehidupan Re) disusupi oleh sosok asing yang
mengacak sistem tersebut yaitu Rana.
Supernova
merupakan novel yang memanfaatkan science
dalam kepentingan fiksi. Dialog Ruben-Dimas, misalnya, sarat dengan nuansa
sains, sekaligus juga memperkuat ketokohan keduanya. Begitu pula pemaparan
sejumlah teori, baik yang diberi keterangan danal catatan kaki, mapun yang
diinterasikan dalam deskiripsi dan dialog antar tokoh, memastikan luasnya
wawasan Dee.
Di halaman
akhir novel ini, Dee (2012: 318) mengatakan bahwa novel Supernova bukanlah
okultisme (kepercayaan terhadap hal-hal suptranatural). Supernova adalah novel
yang mengolah apa saja—sejarah, mitos, sains, bahkan daftar belanjaan—untuk
menunjukkan simpul-simpul benang perak dalam jaring laba-laba kehidupan. Di
alam relatif yang serba tidak pasti ini, menurut Dee, Supernova hanya menjamin
satu hal: perubahan cara pandang kita terhadap hidup akan berdampak besar pada
dunia melampaui apa yang bisa kita bayangkan.
Itulah
ketrkaitan antara penokohan dalam novel ini dengan tema yang dikandungnya.
3.3 Kesimpulan
Penokohan dalam novel ini dijadikan sebagai sarana oleh pegarang dalam
menguraikan tema yang terkandung di dalamnya, melalu karakter para tokoh serta
kegiatan para tokoh dalam novel ini menujukkan tema yang dikandungnya. Supernova merupakan suatu cerita
yang menitikberatkan pada kejadian-kejadian dan proses pengembangan karakter
yang dialami tokoh-tokohnya.
Mulanya
kehidupan Re dan Rana ibarat sebuah sistem yang teratur. Pertemuan Re dan Rana
adalah suatu gerak yang disebut Reuben sebagai loncatan kuantum. Rana adalah
atraktor asing bagi mekanisme kehidupan Re, demikian juga sebaliknya.
Keteraturan yang bertemu dengan keteraturan lain ini kemudian menghasilkan
ketidakteraturan, penerapan konsep order dan disorder. Re dan Rana yang saling
mencintai membuka keniscayaan yang disebut Reuben sebagai titik bifurkasi,
yaitu terbukanya kemungkinan-kemungkinan yang (sebelumnya) tak tersedia di
dalam sebuah sistem. Sementara kehidupan Re yang berubah drastis merupakan
pengejawantahan teori chaos yang diperbincangkan oleh pasangan Reuben dan Dimas
di mana suatu struktur yang telah tertata rapi (kehidupan Re) disusupi oleh
sosok asing yang mengacak sistem tersebut yaitu Rana.
Novel “Supernova: Kesatria, Putri Dan Bintang
Jatuh” memiliki tujuh model yakni keterasingan, rekonstruksi eksistensi,
penemuan jati diri, kebebasan mengubah perspektif, kesadaran personal,
kepedulian terhadap sesama, dan aktualisasi diri, yang kemudian dapat ditarik
matriksnya yaitu kesadaran personal orang-orang yang terasing.
Dengan demikian, dalam sebuah fiksi, tema bersifat mengikat dan
menyatukan keseluruhan unsur fiksi tersebut. Sebagai unsur utama fiksi,
penokohan erat berhubungan dengan tema. Tokoh-tokoh cerita itulah, terutama,
yang sebagai pelaku-penyampai tema, secara terselubung atau terang-terangan.
Adanya perbedaan tema akan menyebabkan perbedaan pemerlakuan tokoh cerita yang
“ditugasi” menyampaikannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin. 1987. Pengantar
Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar
baru.
Anoegrajekti,
Novi. 2004. Telaah Prosa Indonesia II.
Jember: Jember University
Nurgiyantoro,
Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami
Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu
Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya
http://deelestari.com/supernova-kpbj/.
Diakses pada 3 Desember 2015.