Satuan gramatik atau satuan itu mungkin berupa morfem, misalnya ber-, ke, ke-an, -wan, maha-, jala, akan, rumah, sedang, baca, baru. Mungkin berupa kata misalnya rumah, membawa, kelupaan, diketahui, lempar lembing, mereka, dari. Mungkin berupa frase misalnya, akan datang, ke rumah teman, akan minum, sudah sehat, sehat sekali, usaha yang baik. Mungkin berupa klausa misalnya, ia sedang berkujung ke rumah teman, usaha itu sangat baik, orang tuanya sudah sehat. Mungkin berupa kalimat, misalnya Ia sedang berku jung ke rumah teman. Usaha itu sangat baik. Orang tuanya sudah sehat., dan mungkin juga berupa wacana.
Satuan gramatik dapat berupa :
wacana
kalimat
klausa
frase
kata
morfem
Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks
Jika satuan sepeda dibandingkan dengan bersepeda, bersepeda keluar kota, ia membeli sepdeda baru, ternyata
ada perbedaannya. Perbedaannya adalah bahwa satuan sepeda tidak mempunyai
satuan yang lebih kecil lagi, berbeda dengan bersepeda, yang sebenarnya terdiri dari satuan ber- dan sepeda, bersepeda
keluar kota, yang terdiri dari satuan ber-,
sepeda, ke, luar, dan kota, dan
berbeda pula dengan satuan ia membeli
sepeda baru, yang terdiri dari ia,
meN,-, beli, sepeda, dan baru. Satuan gramatik yang terdiri dari
satuan yang lebih kecil lagi itu disini disebut bentuk tunggal, sedangkan
satuan yang terdiri satuan-satuan yang lebih kecil lagi, disini disebut bentuk
kompleks. Satuan-satuan ber-, sepeda, ke,
luar, kota, ia, meN, beli, dan baru,
masing-masing merupakan bentuk tunggal, sedangkan satuan-satuan bersepeda, bersepeda keluar kota, ia memeli
sepeda baru, merupakan bentuk kompleks.
Satuan Gramatik Bebas dan Satuan Gramatik Terikat.
Dalam tuturan biasa, diantara satuan-satuan gramatik
ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan selalu terikat pada satuan lain. Satuan rumah misalnya, termasuk satuan yang dalam tuturan yang biasa dapat berdiri sendiri, misalnya
sebagai jawaban pertanyaan Engkau melihat
apa ?: Engkau menggambar apa ? Akan membeli apa ?dan sebagainya. Demikian
juga satuan-satuan gunung, tanah,
pakaian, bendera, kami, mereka, harimau, kerbau, dan lan-lainnya., semuanya
termasuk satuan yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan yang biasa.
Jika satuan rumah dibandingan dengan satuan ber,ternyata bahwa satuan yang terakhir
ini tidak dapat berdiri sendiri dalam
tuturan yang biasa,melainkan selalu terikat pada satuan lain, misalnya terikat
pada jalan menjadi berjalan, terikat pada kata menjadi berkata, terikat pada rumah
menjadi berumah , dan lain
sebagainya. Semua satuan gramatik yang dapat
berdiri sendiri dalam turunan yang biasa. Disini disebut satuan gramatik bebas
seperti halnya satuan-satuan yang dalam turunan biasa dapat berdiri sendiri.
Satuan-satuan yang dimaksud ialah dari,
kepada, sebagai, tentang, karena, meskipun, lah, dan masih banyak
lagi. Sifat bebas dari dan lah misalnya, dapat
dilihat dari jajaran-jajaran sebagai berikut :
dari toko
dari suatu toko
dari dua buah toko
dari hampir semua toko
berjalanlah
berjalan cepatlah
berjalan ke utaralah
berjalan ke utara sajalah
Morfem, Morf dan Alomorf
Morfem adalah
satuan gramatik terkecil dari kata. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, klitika,
partikel dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah, bawa). Sebagai kesatuan
pembeda makna, semua contoh wujud morfem tersebut merupakan bentuk terkecil
dalam arti tidak dapat lagi dibagi menjadi kesatuan bentuk yang lebih kecil.
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan menghubungkan morfem itu dengan kata mempunyai makna/arti leksikal. Jika penghubungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah morfem.
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan menghubungkan morfem itu dengan kata mempunyai makna/arti leksikal. Jika penghubungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah morfem.
Contoh : morfem –an, -di,
me-, ter, -lah jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk
kata-kata baru; makaan, dimakan, memakan, termakan, makanlah, kata-kata itu
mempunyai makna baru dan berbeda dengan kata makan.
Morf adalah beberapa struktur fonologik pada
satu morfem. Contoh: morfem meN- memiliki struktur fonologik mem-, meny-,
meng-, menge-, dan me-. Bentuk-bentuk ini masing-masing disebut morf. Alomorf
adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan
makna yang sama. Agar terlihat lebih jelas, alomorf dapat dilihat pada
deretan bentuk bahasa berikut:
(1)
melihat
(2)
merasa
(3)
membawa
(4)
membantu
(5)
mendengar
(6)
menduda
(7)
menyanyi
(8)
menyikat
(9)
menggali
(10)
menggoda
(11)
mengelas
(12)
mengetik
Dari deretan bentuk di atas, terlihat bentuk yang hampir sama, bukan hanya
itu, makna dari deretan bentuk tersebut juga sama. Bentuk-bentuk tersebut
adalah me- pada melihat dan merasa, mem- pada membawa
dan membantu, men- pada mendengar dan menduda, meny- pada
menyanyi dan menyikat, meng- pada menggali dan menggoda,
dan menge- pada mengelas dan mengetik. Bentuk me-,
mem-, men-, meny-, meng-, dan menge- merupakan sebuah morfem yang
sama.
Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama seperti
diuraikan di atas disebut alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah
perwujudan konkret (di dalam pertuturan) dari sebuah morfem. Jadi, setiap
morfem memiliki alomorf, entah satu alomorf, dua alomorf atau enam alomorf
seperti dijelaskan di atas.
Deretan
Morfologik
Deretan morfologik ialah suatu
deretan atau suatu daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam bentuk
dan artinya. Misalnya kita dapati kata kejauhan, terdapat menjauhkan,
dijauhkan, terjauh, berjauhan, menjauhi, dijauhi, jadi deretan morfologiknya
sebagai berikut:
Kejauhan
Menjauhkan
Dijauhkan
Terjauh
Berjauhan
Menjauhi
Dijauhi
jauh
Dari perbandingan kata-kata yang terdapat dalam
deretan morfologik di atas dapat disimpulkan adanya morfem jauh sebagai unsur yang terdapat pada tiap-tiap anggota deretan
morfologik, hingga dapat dipastikan bahwa jkata kejauhan terdiri dari morfem
jauh dan morfem ke-an, menjauhkan terdiri dari morfem meN-, jauh, dan _kan,
daijauhkan terdiri terdiri dari morfem-morfem di_, jauh, dan kan, dan
sebagainya.
Deretan morfologik amat berguna dalam penentuan
morfem-morfem. Banyak kata yang kelihatannya terdiri dari dua morfem atau
lebih, tetapi setelah diteliti benar-benar pada hakekatnya secara deskriptif
hanya terdiri dari satu morfm saja. Misalnya segala, terlentang, perangai,
pengaruh, selamat, petua, jawaban, perempuan, pura-pura, alun-alun, seperti,
kelola, jembatan, dan masih banyak lagi.
Pengenalan
Morfem
Morfem adalah bentuk linguistik yang
tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang mengandung arti.
Untuk lebih mudah mengenali morfem, ada beberapa prinsip yang bersifat saling
melengkapi dalam memudahkan pengenalan morfem :
Prinsip 1
Satuan yang memiliki struktur fonologik dan arti atau
maknanya sama merupakan satu morfem. Dalam satuan baca dalam membaca, dibaca,
terbaca, membacakan, pembaca, pembacaan dan bacaan merupakan satu morfem yaitu
baca.
Prinsip 2
Bentuk yang walaupun struktur fonologinya berbeda,
tetapi merupakan satu morfem apabila mempunyai arti yang sama dan perbedaan
struktur fonologinya dapat dijelskan secara fonologik. Dalam kata membawa,
mendukung, menyuruh, menggali, mengebom dan melerai, dan perbedaan struktur
fonologik mem-, men-, meny-, meng-, menge-, me-.
Prinsip 3
Satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda,
sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik tetapi masih
dianggap satu morfem apabila mempunyai arti yang sama dan punya distribusi
komplementer. Misalnya dalam satuan ber- pada berjalan, be- pada bekerja, masih
dapat dijelaskan bahwa itu merupakan satu morfem, tetapi berbeda dengan bel-
yang hanya terdapat dalam belajar.
Prinsip 4
Apabila dalam suatu deretan struktur berparalel dengan
suatu kekosongan maka kekosongan tersebut adalah morfem zero. Artinya jika
suatu kalimat, predikat tidak menggunakan awalan meN maka kalimat tersebut
adalah morfem zero. Misalnya dalam kalimat :
a. Ayah membaca koran.
b. Ayah
meminum kopi.
c. Ayah
menulis surat.
d. Ayah
menyobek kertas.
e. Ayah
duduk bersila.
f. Ayah
makan buah.
Dapat dijelaskan bahwa pada kalimat (a, b, c) predikat
menggunakan awalan meN (mem-, me-, men-) tetapi pada kalimat (d, e, f) predikat
tidak menggunakan awalan meN sehingga pada kata dalam ketiga kalimat tersebut
merupakan suatu morfem zero.
Prinsip 5
Satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama
mungkin merupakan satu morfem, mungkin juga morfem yang berbeda. apabila ada
satuan yang mempunyai struktur fonoligiknya sama itu berbeda arti merupakan
satu morfem. Misalnya dalam kata “sedang” pada kalimat ‘Nilainya sedang saja’
dengan ‘Husna sedang pergi’.
Prinsip 6
Setiap satuan yang dipisahkan merupakan morfem.
Misalnya dalam kata mendudukkan ada tigga morfem yaitu meN, duduk dan kan,
dalam kata didudukkan ada tiga morfem yaitu di, duduk dan kan.
Hirarki Bahasa
Dicari
kemungkinan adanya satuan yang satu tingkat lebih kecil daripada satuan yang
diselidiki. Contoh berperikemanusiaan satuan yang satu tingkat lebih kecil
ialah perikemanusiaan. Jadi terdiri dari ber- dan perikemanusiaan. Selanjutnya
satuan yang satu tingkat lebih kecil, yaitu kemanusiaan, terdiri dari ke-an dan
manusia. Faktor arti atau makna. Contoh:
kata pembacaan, jika dari satuan pembaca dan satuan -an tidak mungkin, karena
makna pembaca adalah orang yang melakukan. Sedangkan makna dari pembacaan
adalah suatu abstraksi dari pembuatan membaca. Jadi pembacaan terbentuk dari peN-an
dan baca.
Dicari
kemungkinan adanya satuan yang satu tingkat lebih kecil daripada satuan yang
diselidiki. Contoh berperikemanusiaan satuan yang satu tingkat lebih kecil
ialah perikemanusiaan. Jadi terdiri dari ber- dan perikemanusiaan. Selanjutnya
satuan yang satu tingkat lebih kecil, yaitu kemanusiaan, terdiri dari ke-an dan
manusia
Faktor arti atau makna. Contoh: kata
pembacaan, jika dari satuan pembaca dan satuan -an tidak mungkin, karena makna
pembaca adalah orang yang melakukan. Sedangkan makna dari pembacaan adalah
suatu abstraksi dari pembuatan membaca. Jadi pembacaan terbentuk dari peN-an
dan baca.
Bentuk Asal
dan Bentuk Dasar
Bentuk asal adalah satuan paling
kecil yang menjadi asal sesuatu yang kompleks. Satu contoh pada kata berpakaian terbentuk dari bentuk asal pakai mendapat bubuhan afiks ber – menjadi berpakaian .
Pada betuk dasar merupakan satuan,baik tunggal maupun
kompleks,yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar. Misalnya
pada kata berpakaian yang terbentuk
dari bentuk dasar pakaian dengan
afiks ber.
Intinya bentuk asal selalu berupa bentuk tunggal,
berbeda dengan bentuk dasar, mungkin berupa bentuk tunggal, misalnya pakai dalam pakaian, sudah dalam kesudahan, rumah dalam perumahan, pergi dalam bepergian, kata dalam berkata, dan mungkin pula berupa bentuk
kompleks, misalnya pakaian dalam berpakaian, kesudahan dalam berkesudahan, pemimpin dalam berpemimpin dan kepemimpinan, berangkat dalam keberangkatn,
alasan dalam beralasan, berhasil dalam keberhasilan, mengerti dalam dimengrti,
tidak mampu dalam ketidakmampuan,
sandaran dalam bersandaran, sinambung
dalam kesinambungan.
Sumber :
M. Ramelan. 1988. Morfologi Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Anugerah.